Mohon tunggu...
Robit Irawan
Robit Irawan Mohon Tunggu... -

Saya seorang rakyat sudra di negeri ini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saya Belum Menjadi Guru yang Baik

25 November 2011   12:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:12 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya selalu merenungkan, apa pekerjaan saya menjadi guru sudah memberi konstribusi yang berdampak pada siswa saya. Kurikulum terbaru kita sebenarnya mmemiliki konsep yang baik, tetapi saya merasa kami para guru belum mampu menerjemahkan dalam silabus dan RPP yang benar.

Demikian juga sistem penilaian yang seharusnya hasilnya merupakan indikasi untuk menolong kesulitan belajar anak dan sebagai umpan balik bagi guru, tetapi kenyataan di lapangan justru nilai menjadi bahan argumentasi untuk menentukan baik buruknya anak, naik tidaknya anak serta lulus tidaknya anak, dan yang saya sedih saya menjadi bagian dari sistem seperti itu.

Setiap tahun saya selalu menggunakan buku pegangan siswa dengan buku yang sama dengan alasan, buku tersebut bisa dipakai adik atau keluarganya yang lain. Saya sangat hapal isi buku itu, bahkan halaman demi halaman yang saya sebut selalu tepat. Murid saya mengomentari saya guru yang hebat. Tapi... sebenarnya saya sedih dengan yang saya lakukan, karena buku tersebut sudah ketinggalan. Buku pelajaran seharusnya selalu di update setiap saat. Lebih parah lagi banyak kesalahan pemahaman penulis buku pelajaran yang tidak sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Operasi hitungan misalnya, di kelas IV SD sudah diberi materi yang setingkat kelas VI, bahkan SMP. Ini sangat memberatkan siswa dan pembuangan energi yang luar biasa bagi siswa, karena begitu naik kelas berikutnya materi yang sama mereka temukan kembali.Karena saya guru yang kurang bijak, apa yang tertulis di buku pegangan siswa saya anggap merupakan kebenaran yang mutlak harus saya sampaikan kepada siswa saya.

Buku memang sesuatu yang penting keberadaannya. Andaikata semua buku pelajaran diterbitkan oleh pemerintah dengan melibatkan penulis yang kredibilitas dengan melibatkan ahli jiwa perkembangan saya tentu sangat senang, karena setidaknya saya terhindar dari "dosa" ketidaktahuan saya tentang mengembangkan kurikulum.

Kekerasan, kebohongan publik, korupsi, kekerasan pada agama/suku berbeda itu adalah salah satu produk pendidikan yang kurang memperhatikan pembangunan karakter bangsa. Ketika saya lihat di youtube seorang tokoh menghina dan memfitnah agama lain demi popularitas pribadi semata saya sangat sedih dibuatnya. Itu adalah salah satu produk pendidikan yang di dalamnya ada saya.

TPP... guru mana yang tidak suka tiga huruf itu? Dengan dana itu saya bisa merenofasi rumah, bahkan banyak di antara teman guru yang beli mobil walau banyak di antara  mereka yang bukan mobil baru. Itu memang perlu untuk kami, tetapi ada yang lebih penting, beri kami prosedur pembelajaran yang benar, memang itu sudah dilakukan, namun belum ada standardisasi secara nasional. Berikan prosedurnya, latih kami, supervisi kami supaya tidak terlalu jauh kami tersesat menyimpang dari tujuan pendidikan yang seharusnya.

Berbicara tentang supervisi itupun menjadi ganjalan bagi guru seperti saya ini. Supervisi biasa dilakukan untuk mengisi form yang tersedia. Saya tidak menyalahkan kepala sekolah atau pengawas ketika kami disupervisi. Yang saya tanya, apa manfaatnya hasil penilaian kinerja saya tersebut? Supervisi yang dilakukan kebanyakan hanya berakhir dengan penghakiman yang berakhir dengan kenaikan tingkat atau jenjang karir kami mandek. Seharusnya supervisi bisa menjadi masukan bagi berbagai pihak, guru butuh dibantu untuk berinovasi, bagi si penilai supervisi bisa dilanjutkan dengan tindakan menolong guru yang kurang mampu di dalam mengembangkan proses pembelajaran.

Di hari guru ini saya mohon maaf pada seluruh siswa yang sedang atau yang telah belajar bersama saya. Saya belum memberi sesuatu yang maksimal bagi Anda. Perasaan hormat, ketulusan kasih sayang yang kalian berikan belum saya balas dengan pelayanan pendidikan yang maksimal. Maafkan saya... maafkan gurumu yang penuh kekurangan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun