Mohon tunggu...
Ahmad Robani
Ahmad Robani Mohon Tunggu... -

Sebuah kemauan yang belum tercapai dalam kehidupanku adalah menjadi sebuah lukisan yang kulukis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Telephone Hati Lever (2)

25 November 2013   19:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:41 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


"Hallo,kita sambung lagi laporanmu."Sapaku meminta.
"Injih Tuan.Dan kami akui bahwa ada batasan kami atas pekerjaan yang bisa kami lakukan.Tentang tempat sampah kami,bila melampaui batas kapasitas,akan menimbulkan bahaya,Tuan.Kami hanya mampu membuangnya lewat sedikit cara,dan itupun terbatas dari upaya Tuan sendiri.Terus terang saja,ketika kami melihat Lambung mengambil cutinya,kamipun ingin merasakan cuti.Tetapi jika itu kami lakukan,apa yang akan terjadi adalah kekacauan.Namun jika Tuan menginginkan kekacauan,kamipun tak bisa menolaknya."Rintihnya malu malu.

"LLLHHHooo,,,kan ada melatonin yang membantumu?"Sedikit menghardik aku.

"Betul Tuanku,boleh saya ajukan pertanyaan?" Ia menatapku tajam seolah punya mata.Padahal tidak,tapi ia punya pandangan,karena ia mahir untuk menggambarkan rasa.

"Tanya saja."ujarku mempersilakan.

"Tuan,salah satu pembuanganku adalah lewat keringat,sementara itu bagaimana halnya jika Tuan tidak sempat olah raga atau hal lain yang bisa membuat Tuan berkeringat? Atau sekalipun berkeringat,tetapi keringat itu hasil dari niatan Tuan yang sangat bergeser dari rel yang dikehendaki Tuhan? Setahu saya,keringat macam itu justru mendatangkan limbah jutaan ton untuk kami,yang kami tidak mampu menampung bahkan membersihkannya.Terlebih,bagaimana Tuan tidak malu menerima selalu pemberian dari Tuhan sementara Tuan berpangku tangan.Jika anda demikian,itu sangat tidak membantu bagi keseimbangan kita.Kita butuh banyak melatonin itu,bahkan lebih banyak lagi karena tanpanya kita bukan apa apa.Ada hal yang sangat perlu anda ketahui Tuan,bahwa melatonin bisa diupayakan semaksimal mungkin,hanya dengan satu cara,yaitu MENGINGAT ALLAH.Selain cara itu,sedikit sekali,dan padahal kita butuh sebanyak banyaknya,demi penyempurnaan kita."terengah di sela ia menjelaskan maksudnya,sejenak melanjutkan kembali.
"Bagaiman Tuan,apakah Tuan masih mengingatNya disetiap waktu bahkan setiap saat? atau apakah ingatan Tuan lebih mengarah pada ingatan "sementara"?

Aku mulai berkeringat dingin.Tergetar atas pertanyaan dan penjelasannya.Tak terasa mataku mengalirkan cairan bening,meski tidak banyak tetapi sempat membuat dada ini sesak oleh kerinduan yang pasti.

"Maaf Tuan,dan terimakasih atas kasih sayang anda.Kami hanya melaporkan.Dan jika laporan kami keliru dan tidak tepat,anda boleh memarahi kami,bagaimanapun cara anda marah.Tapi sebelumnya,maaf bukan maksud kami menyuruh anda,kunjungi atau tunggu saja kabar dari kakak kami mas Jantung,untuk memberikan konfirmasinya,selanjutnya kami serahkan kepada anda,karena kami hanya bisa pasrahkan kendalinya pada anda.Harapan kami pada anda adalah untuk menjadi Raja,bukan sekedar pemimpin.Kami tetap menanti perintah anda Tuan,jangan khawatirkan kesetiaan kami.Dan jangan pernah menunggu kami untuk tidak setia,karena itu takkan pernah terwujud,dan kesetiaan itu sebenarnya ada di tangan anda."Lalu ia menyudahi laporannya dengan isakan.

Kinilah saatnya aku sedikit menggaruk kepala karena gatal oleh getar sang suara.
Belum berakhir perjalanan ini.Aku masih harus menemui Jantungku.Dan terimakasih wahai dinas kebersihanku.Tunggu saatnya aku akan bersihkan kamu.
Salam sangat bahagia.Tabik.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun