Namamu cantik seperti mutiara di dasar laut,
bentuk tubuhmu bagaikan gitar dari Perancis.
Bila kau tersenyum rintik-rintik hujan datang ke bumi,
rambutmu hitam mengkilat dari ratu pantai selatan.
senyum bibirmu bagaikan bunga mekar di pagi hari,
hatiku ingin menyimpannya dalam bentuk surat cinta.
Aku ingin terus memandangmu sampai usiaku senja,
di balik cakrawala kau berpura pura jadi malu,
Kalau kau berjalan di pinggir pantai Lautem,
kepiting akan mengikutimu dalam bentuk barisan.
Pukul dua belas siang aku selalu mengejarmu,
selama enam tahun di bangku sekolah dasar,
aku belum merasa capek dan bosan.
Kau berlari seperti kepiting di garis pantai,
berbagai strategis aku sudah lakukan,
kau tetap saja lepas begitu saja,
seperti layang-layang putus di pantai Kuta.
Oh…gadis pantai berhati polos,
aku bukan Robin Hood
dan juga pria tidak punya selera.
Aku bukan pahlawan cinta,
aku bukan pengemis cinta.
Malu pada kepala sekolah yang botak,
wali kelas kita yang galak,
guru agama yang kaku,
dinding tembok yang retak,
teman-teman sekolah yang ribut,
guru-guru yang selalu terlambat,
seragam sekolah yang kotor,
binatang yang memakan rumput.
Cinta kita adalah cinta monyet,
cinta kita adalah cinta jalanan.
Mulutku terkunci rapat bagaikan pintu sel dalam penjara.
Hatimu tersipu malu di balik bangku sekolah yang rusak,
kau pura-pura mencintaiku dengan permainan monyet.
Aku mencintaimu gadis pantai.
Tidak perlu dengan
bunga,
kata,
kalimat,
atau,
paragraf.
Aku ingin cepat melihat wajahmu
sebelum lonceng sekolah memanggil.
Sebelum kita dihukum di bawah tiang bendera,
sebelum pintu sekolah dibuka.
Cepat datang pagi ini,
aku sudah lama menunggumu.
Berdiri di jalan tanpa nama dengan tas biru tua
bergambar mickey mouse,
bersiap-siaplah untuk berlari seperti kemarin,
seperti biasa aku pasti mengejarmu sampai
di benteng peninggalan Portugis
Tanganku nakal dan sedikit kasar dengan rambutmu,
aku tidak memperkosamu, menciummu, merampok tasmu.
Kau tahu mengapa aku selalu mengejarmu setiap hari,
karena aku mencintaimu.
Aku mencintaimu tanpa kata.
Jogja
Robin Dos Santos Soares.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H