Cindelaras ( Bagian 2 )
Setelah kenyang, Cindelaras pun kembali sadar akan sang ayam dan terkejut bahwa ayam tersebut adalah telur yang dikuburkannya tadi. Akhirnya dia mencoba memberanikan diri dan mendekati ayam tersebut, akan tetapi sang ayam justru lari keluar gua. Cindelaras pun mengikuti ayam tadi sampai akhirnya ayam tersebut berhenti di pinggir sungai dan mulai memakan pasir disitu.
Melihat hal itu, Cindelaras cuma bisa terdiam dan memerhatikannya. Setelah beberapa saat, sang ayam tiba-tiba terbang ke arah Cindelaras dan dia pun reflek menangkapnya. Sesudah itu, mereka menjadi akrab dan mulai berteman. Waktu tak terasa telah berlalu selama tiga tahun dihabiskan Cindelaras dihutan. Sampai disuatu pagi, Cindelaras dan ayamnya keluar hutan dan melihat pasar.
Dia masuk dan mengelilingi pasar tersebut sampai akhirnya menemukan kerumunan orang. Cindelaras pun mendekat dan melihat mereka mengadu ayam. Sampai ada seorang kakek-kakek yang menyapa Cindelaras karena tertarik dengan ayam yang dibawanya. Kakek tersebut menantang cindelaras untuk ikut mengadu ayam. Cindelaras awalnya ragu, namun tiba-tiba sang ayam berkokok dengan sangat keras dan dia menyadari bahwa ayamnya bukan ayam biasa.
Karena tidak punya uang si kakek menyuruh Cindelaras untuk memertaruhkan ayamnya sebagai imbalan jika kalah bertanding. Cindelaras pun setuju dan akhirnya pertandingan dimulai. Ayam cindelaras menyerang dengan agresif sampai membuat penonton kaget. Pertandingan tersebut sangat seru sampai membuat banyak orang menontonnya. Salah satu penonton tersebut adalah ibu cindelaras.
Dia tidak tahu bahwa yang bertanding adalah anaknya karena sudah lama tidak bertemu dan mengira Cindelaras sudah meninggal karena masuk hutan terlarang. Pertandingan akhirnya dimenangkan oleh ayam Cindelaras dan menerima uang sebagai imbalan. Setelah itu, banyak orang yang menantangnya namun semua berakhir dengan kemenangan Cindelaras. Lalu, semua orang pulang setelah tidak ada lagi yang berani menantang ayam Cindelaras.
Ibu cindelaras pun memberi tahu suaminya bahwa ada anak muda yang ayamnya tidak terkalahkan. Mendengar hal tersebut, dia tertarik untuk mengadu ayam miliknya dengan ayam anak muda tersebut. Seminggu kemudian, dia berangkat ke pasar untuk menantang Cindelaras dengan membawa ayam andalannya. Sampai di pasar, dia melihat kerumunan orang yang beradu ayam dan ikut melihatnya. Ternyata, yang bertanding adalah Cindelaras.
Cindelaras kembali menang dan membuat ayahnya kesal. Dia langsung menantangnya tanpa pikir panjang. Cindelaras yang juga tidak tahu bahwa yang menantangnya adalah ayahnya langsung menyetujuinya. Pertandingan berjalan cepat dan kembali lagi dimenangkan Cindelaras. Ayah cindelaras kaget karena ayam andalannya belum pernah kalah sebelum bertemu dengan ayam cindelaras. Dia terus menantangnya walau terus menerima kekalahan. Sampai akhirnya dia kehabisan uang dan memertaruhkan tanah dan rumahnya karena tidak bisa menerima kekalahan.
Cindelaras menolak tantangan tersebut karena tahu bahwa dia akan menang. Namun, ayahnya tetap memaksanya dan mengumpat kepada Cindelaras. Setelah itu, ayam cindelaras berkokok dengan keras menandakan dia akan bertarung karena marah melihat Cindelaras direndahkan. Pertandingan dimulai dan dalam sekali serangan, ayam cindelaras mampu membuat ayam lawannya mati.
Sesuai janji, tanah dan rumah yang dipertaruhkan akhirnya menjadi milik Cindelaras dan Cindelaras diantar ayahnya menuju rumah. Sampai dirumah, ayah cindelaras menjelaskan semuanya kepada istrinya dan membuat mereka bertengkar. Sampai akhirnya, nenek cindelaras yang sakit terbangun dan keluar dari kamar. Kemudian, sang ayam tiba-tiba berkokok lalu bisa berbicara dan mengatakan bahwa anak muda itu adalah anak mereka yang hilang tiga tahun yang lalu. Mereka semua terkejut dan langsung memeluk Cindelaras sambil menangis karena dikira sudah meninggal setelah masuk hutan terlarang. Ternyata berkat bantuan sang ayam, Cindelaras berhasil dipertemukan kembali dengan kedua orangtua dan neneknya.