Usai menonton film dewasa, bukannya lega. Ia malah merasa terus dihantui oleh perbuatannya. Ia merasa salah.
Berhari-hari ia memikirkan itu. Sampai-sampai ia sulit tidur. Ia terus memohon ampun kepada tuhannya. Kadang tengah malam, di saat banyak manusia sedang tertidur.
Ia merasa mata ini jahil. Keinginannya jahil. Lakunya jahil.
Kini, Igor merasakan sesak yang mendalam. Menyesal sejadi-jadinya. Menangis sejadi-jadinya.
Ia adukan itu ke tuhan secara berulang-ulang ketika sedang ibadah (malam). Pun dengan berlama-lama di tempat ibadah. Berdiri. Menyesali perbuatannya.
Ada hal lain yang menurut juga dosa, yakni ketika ia memegang tangan perempuan yang belum sah menjadi isterinya. Itu terjadi ketika berpacaran. Saat bergandengan tangan.
Lagi-lagi karena ia belagak bijak: "Ah, sesekali boleh kali, ya?"
Akhirnya ia menyesal.
Di zaman sekarang, sebut saja demikian, apa yang dipersoalkan Igor sebenarnya "tabu". Seperti pegangan tangan dan menonton film dewasa, hampir akrab di mata kita ketika berada di lingkungan tertentu. Bahkan sudah banyak dewasa ini.
Bukan hanya orang yang sudah dianggap dewasa, anak-anak dan remaja kadang ada yang berlaku seperti itu. Igor tahu itu. Ia mengaku khilaf.
Padahal, ketika mulai ikrar berpacaran ia "mengharamkan" itu ( berpegangan tangan). Entah apa konsep dia sampai memiliki pikiran seperti itu.