Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) bersama Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Jember yang membahas mengenai  intervensi yang dapat menurunkan angka Stunting di Desa Sukorambi, Jember.
Sukorambi, Jember (Senin, 27 Maret 203), Kantor Balai Desa Sukorambi mengadakan kegiatanStunting merupakan masalah global yang sampai saat ini termasuk dalam program MDGs ( Millenium Development Goals). Menurut Global Nutrional Report pada tahun 2018 melaporkan terdapat 150,8 juta (22,2%) balita stunting. WHO (Word Health Organization) Â menetapkan lima daerah subregio prevalensi stuntingtermasuk Indoensia yang berada diwilayah Asia Tenggara (36,4%) (United Station, 2018).
Prevalensi stunting yang diperoleh dari data Riskesdas tahun 2018 30,8% (19,3% balita pendek dan 11,5% balita sangat pendek) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Riset Kesehatan Dasar, 2013). Kabupaten Jember menempati peringkat pertama dalam kejadian kasus stunting pada tahun 2022 yakni mencapai 34,9% hal ini sesuai dengan data Puskesmas tahun 2023 terdapat 137 balita stunting ( 34 balita sangat pendek dan 102 balita pendek) (Puskesmas Sukorambi,2023).
Hal tersebut diungkap oleh kepala desa Sukorambi Bapak Abdus Soim "Angka kejadianya penyakit di desa Sukorambi khusunya pada balita stunting yang tertinggi dari 5 desa di kecematan Sukorambi". Berdasarkan data dan permasalahan tersebut pentingnya intervensi untuk menurunkan angka kejadian stunting khusunya di Desa Sukorambi. Hal ini  menarik perhatian Mahasiswa Profesi Unmuh Jember untuk mengadakan kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) di Desa Sukorambi.
Kegiatan MMD (Musyawarah Masyarakat Desa) dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2023 di kantor Desa Sukorambi yang dihadiri dengan Kepala Desa Sukorambi, Kader posyandu, ketua BPD, Pihak Puskesmas dan juga dihadiri juga oleh Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.
Mahasiwa Profesi Ners memaparkan hasil temuan, permasalahn terkait kejadian stunting di Desa Sukorambi dan  menawarkan beberapa intervensi yang bagi dari segi promotif, kuratif dan rehabiliatif seperti  halnya kegiatan penyuluhan dan demonstrasi gizi seimbang.
Hal tersebut ditanggapi baik oleh pihak desa dan puskesmas serta warga setempat dimana permasalahan stunting yang dari tahun ke tahun persentase yang sulit untuk menurun hal ini di ungkapkan oleh kepala desa Sukorambi, Â "hal ini patut diapreasi untuk pihak Puskesmas, Bidan dan kader dimana ditemukan angka stunting menandakan program tersebut berjalan dengan baik, yang jadi pertanyaan jika daerah angka stunting rendah apakah tidak ada atau program nya tidak berjalan". Menurut pihak puskemas " kegiatan tersebut bisa dikolaborasikan nantinya dengan program puskesmas serta bidan desa dan kader-kader posyandu dalam melakukan screening stunting dan penyuluhan gizi seimbang".Â
Banyak faktor yang menjadi penyebab kejadian stunting seperti aspek gizi, ekonomi serta pola asuh orang tua, hal ini menjadi perhatian dari pihak BPD Desa Sukorambi "perlunya dicari penyebab tingginya angka stunting di Desa Sukorambi" Bapak Mukhllis (27 April 2023).
Oleh karena itu, pentingnya tindakan pencegahan dini terhadap kejadian stunting supaya tidak terjadi kondisi yang kronis pada balita tersebut. Intervensi yang diberikan yakni pada aspek promotif serta screening menjadi hal penting yang diharapkan dapat merubah kognitif orang tua, sikap serta psikomotor orang tua mulai pra-kehamilan sampai anak usia dibawah tahun sehingga menurunkan risiko terjadinya stunting balita. Sukorambi, Jember 27 Maret 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H