Mohon tunggu...
Robiatul Hidayah
Robiatul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Random Public Article

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pak Hasan Penjual Beras

15 Maret 2024   14:34 Diperbarui: 15 Maret 2024   14:35 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Edvard Munch - Self Potrait

Aku menyebrang jalan, kemudian menelusuri tumpuan jalan buta yang padat sekali. Aku hampir tidak dapat melihat kondisi wilayah ini yang sebenarnya karena tubuh orang-orang menghalangi pandanganku.

"Hey yang benar saja! tadi kau injak kakiku ini, buta kah kau punya mata?" 

Ribut sudah orang itu.

Di tengah keramaian seperti ini masih ada yang tidak rela jika kakinya diinjak, padahal untuk melalui jalan yang seperti ini memang tidak butuh mata lagi, tak ada jalan yang bisa dilihat, jika tidak tergesa-gesa kau akan semakin terjebak, namun yang perlu kau utamakan adalah keluar dari tengah-tengah orang ini.

Aku sudah lapar, tak tertahankan, makanan gurih dan manis terngiang-ngiang di pikiranku. Aku ingin membeli beberapa jajanan yang terpampang di pinggir sana tapi tolong, aku tidak bisa keluar.

Langit sudah mulai mendung, aku tidak bawa payung, alamat tidak bisa berteduh juga, halah! sial sekali hari ini.

"Beras dengan kualitas seperti ini dijual murah sekali, memang kau dapat untung, Pak?" ucap salah seorang laki-laki yang berdiri di sampingku, aku lantas menoleh, pandanganku langsung menuju ke arah Pak Tua yang sedang menggendong beras.

"Dapat, memang tak banyak jika pembeli tidak banyak." jawab pak tua itu.

"Pantas pakaianmu lusuh, harusnya kau dapat untung banyak dari jual beras seperti ini karena aku yakin banyak orang yang akan beli., lalu kau bisa beli baju." 

Pak tua itu terdiam sebentar. "Aku hanya tidak ingin memberatkan pembeli, desa kita banyak menghasilkan beras seperti ini, persaingan antar penjual sangat keras, aku butuh uang untuk anak-anakku." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun