Mohon tunggu...
Robi Ariyanto
Robi Ariyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - JURNALIS

Mahasiswa Universitas Islam Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat Dilema New Normal

29 Mei 2020   16:58 Diperbarui: 30 Mei 2020   17:57 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintah memang tengah gencar-gencarnya melakukan sosialiasasi tentang kehidupan baru (New Normal). 

Hal ini dilakukan  agar masyarakat tetap bisa produktif dan dapat melakukan aktivitasnya ditengah situasi pandemi. Yang kemudian diharapkan dapat memulihan perekonomian negara yang sempat terdampak akibat pandemic covid-19 ini. 

Namun sebelum melangkah lebih jauhnya mari kita pahami bersama apa itu kehidupan baru (New Normal).  Kehidupan baru (New Normal) sejatinya mirip dengan kehidupan normal  pada umumnya. 

Hanya saja perbedaanya dimana segala aktivitas kita harus memperhatikan protokol kesehatan yang telah dikeluarkan pemerintah. Seperti memakai masker, mencuci tangan, hingga Physical Distancing  (artinya tetap mengutamakan protokol kesehatan).

Bahkan New Normal ini sendiri juga sudah lebih dulu diterapakan dibeberapa negara. Sebut saja Australia, Singapura, Vietnam, Jerman, China, hingga Jepang. 

Hal itu didasari karena negara mereka, Tren kasusnya sudah mulai menujukan grafik penurunan (landai). Yang artinya sudah bisa dikendalikan.

Sehingga sudah bisa memenuhi persyaratan dari WHO untuk menerapkan New Normal. Dimana salah satunya persyaratanya ialah negara sudah mampu kendalikan covid-19.

Namun yang menjadi pertanyaan kita sejauh ini apakah kehidupan New Normal sudah pantas diterapkan di Indonesia. Tentu untuk menjawabnya saya rasa semua orang punya jawaban dan cara pandang tersendiri perihal ini. Ada yang setuju dan tak sedikit pula yang belum setuju. 

Hal ini yang kemudian menimbulkan dilema ditengah masyarakat. Untuk itu saya mencoba memaparkan nya lebih jauh perihal plus minus New Normal ini sebagai berikut.

Pertama, jika kita melihat kondisi penyebaran pandemic covid-19 ditanah air hingga saat ini belum juga menunjukan grafik penurunan yang signifikan. Sebab gafik penyebaran pandemic ini terus fluktuatif . Artinya belum dapat kita simpulkan bahwa kasus postif ditanah air sepenuhnya menurun atau landai. 

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI per tanggal 28 Mei tercatat jumlah kasus positif ditanah air bertambah 687 kasus. Bahkan jumlah kasus 3 hari sebelumnya pun rata-rata berjumlah diatas 600 kasus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun