Pernah disuatu waktu Â
Hadir setangkup harapan dalam kalbuÂ
Kala kutinggal penyaji aneka menuÂ
Simbolnya megah dipelosok duniaÂ
Persinggahan lalang wisataÂ
Multi kultural dalam racikanÂ
Dihiruk pikuk aktivitasnyaÂ
Kubaktikan eksistensikuÂ
Namuku terpatri indah
Berkas terkirim berkat lambangnya
Heran kecewa dalam jawaban
Tiada suka tiada nestapa
Di nuansa hijau terhampar datar
Kala panas menggegat dingin menggetar
Walau damai mengisi transparansi layar
Terperangah wajahnya melihat langkahku
Kuraih, kujejaki tekateki impian
Di pelangi tugas arena baru
Penyita waktu nan tak berimbang
Sahabat, karir tak bertemu
Negeri ini pionir hak azazi
Terpecah belah ambisi pandang
Simpang siur pengertian
Dayaku terenggut dua sisi opposisi
Ah, diriku yang penuh liku
Terhempas bayu tornado haru biru
Kembali aku diperbatasan destini
Transisi Februari penuh kontradiksi
Samar arah langkah kakiÂ
Lumpuh logika terjerat keputusan diri
Pasrah hanya pilihan tunggal
Didasar jurang terlihat ketinggian
Bangkit meniti mendaki tebing
Desah bisikan disujud membumi
Ikhlas hati disenyap meditasi
Terdengar langit nan tak bertepi
Suatu keajaiban sukses ambisi
Terhampar indah dirutinitas dini
Puji syukur rangkaian tutur
Saat pelita melentera sukma
Tak kan pernah lagi membumbung ilusi
kala kaki pernah tapak didasar tercuram
Lahan pesona bunga kehidupan
Indahnya kerap bergelayut dalam hiba dialog sakral
Walau kecap keliru diterpa gelombang menerjang
Bahtera asa terpayung radiasi risau
Terjaga romantis harmonis renjana
Ke Primadona Sang Pengatur Sang Pengasih
Â