Mohon tunggu...
Robi Afrizan Saputra
Robi Afrizan Saputra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penikmat sastra , penggila kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mempertanyakan Profesionalitas Guru?

30 Maret 2014   14:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dulu Indonesia dijadikan kiblat menuntut ilmu bagi warga negeri jiran Malaysia dan negara tetangga lainnya. Indonesia seolah-olah menjadi pabrik intelektual dunia. Namun waktu yang terus berjalan, keadaan perlahan menjadi terbalik. Indonesialah yang menuntut ilmu ke Negara lain.

Banyak yang menjadi penyebab, salah satunya tenaga pendidik (guru) yang ada di Indonesia. Tingkat keprofesionalitasan guru saat ini dipertanyakan. Banyak guru yang tak mampu lagi mendidik, kebanyakan hanya menjadi guru pengajar. Sebenarnya di sekolah guru berfungsi sebagai pendidik sekaligus pengajar, namun hanya sebagian kecil guru yang mampu melaksanakan kedua tugas tersebut secara bersamaan.

Selain itu , banyak aspek penilaian yang dapat dilihat bahwa seorang guru tidak professional dalam menjalankan profesinya. Pertama, ketika muridnya melakukan kesalahan, guru cenderung memarahinya ditempat keramaian seperti di dalam kelas. Memarahi murid wajar saja jika memang mereka salah , namun jangan marahi dia didekat teman-temannya. Memarahi murid di depan teman-temannya akan membuat mental murid menjadi bobrok. Selain itu , murid juga akan merasa malu saat dimarahi di depan orang banyak. Perasaan seperti itu akan membuat sang murid mendongkol kepada guru walaupun secara tidak langsung, yang berimbas pada mental murid. Mau tidak mau , murid yang dimarahi tadi akan merasa kurang nyaman saat belajar. Jika memang ingin memarahi , ajaklah murid berbicara empat mata dan tidak dekat teman-temannya. Itu akan membuat murid merasa lebih baik dan bisa mengakui kesalahannya.

Kedua, guru bersikap tertutup pada muridnya. Maksudnya , saat ini banyak murid yang memiliki pengetahuan lebih dari gurunya. Dalam artian pengetahuan yang update (terbaru). Saat murid mencoba memberikan penjelasan bahwa ada ilmu baru yang didapatnya dari internet, guru cenderung bersikap tidak mau menerima penjelasan dari murid dan mempertahankan pendapat lamanya yang telah usang.

Ketiga, sikap guru di sekolah kurang baik. Misalnya , sekolah yang melarang siswanya merokok sedangkan gurunya sendiri merokok. Ini adalah hal bertentangan yang akan membuat siswa semakin tidak menataati peraturan sekolah. Selain itu , guru juga memarahi siswanya saat terlambat sedangkan suatu hari gurunya juga terlambat. Ini adalah kondisi yang keliru pada saat ini. Jika memang melarang siswanya untuk tidak merokok , gurunya harus tidak merokok. Jika tidak ingin muridnya terlambat datang ke sekolah , guru juga harus datang tepat waktu dan disiplin.

Tiga point diatas menyimpulkan keadaan guru saat ini. Profesionalitas guru patut dipertanyakan. Banyak guru yang telah sarjana bahkan telah menyelesaikan pasca sarjana namun belum professional dalam menjalankan profesinya. Ketidakprofesionalan guru dalam mendidik dan mengajar akan berdampak pada karakter murid, karena antara guru dan murid adalah satu kesatuan yang bersinergi dan saling sebab akibat. Jika guru tidak disiplin maka jangan salahkan murid jika tidak disiplin. Guru harus professional agar murid mampu berkarakter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun