Mohon tunggu...
robi kurniawan
robi kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

https://robikurnia1.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kuliah ke Luar Negeri bersama Keluarga? Inshaa Allah Bisa!

22 Mei 2016   04:19 Diperbarui: 22 Mei 2016   07:47 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Bocah Selepas Sekolah

“Dhiya kun suhunya 37.5, tolong jemput dari houikuen sekarang juga ya” telpon seorang pengasuh di hoikuen (daycare) anak yang kedua. Peraturan di daycare milik Pemerintah Jepang memang sangat ketat. Jika suhu anak mencapai 37,4’ C, maka orang tua harus segera menjemput. Tidak perduli si ortunya sedang sibuk apapun. Dan orang Jepang sangat saklek terhadap peraturan yang sudah tertulis.

Beberapa kali kami mendapatkan telpon senada Pernah ketika kami berdua ada fieldtrip di luar kota, dan harus balik lagi untuk menjemput Dhiya. Kali lain saat saya harus presentasi seminar, sedangkan istri menjadi koordinatornya.

Itulah salah satu tantangan bagi pasangan yang suami dan istrinya sama-sama sekolah seperti kami, manajemen waktu. Menjaga keseimbangan antara kuliah dan pengasuhan anak. Meskipun demikian, sejak awal kami memang sudah bertekad untuk bersama-sama membawa anak kemanapun kami sekolah.

Saat merencanakan meneruskan sekolah keluar negeri dulu, kami memang bertekad membawa serta anak-anak. Di awal, negara yang kami pertimbangkan adalah Australia. Selain dekat, setidaknya bahasa pengantarnya pun Inggris.

Saya pun chatting dengan mantan dosen yang sekolah di Australia. Darinya saya mendapatkan informasi bahwa kami harus membayar penuh untuk sekolah milik pemerintah sekalipun. Ini belum termasuk biaya untuk daycare selepas sekolah. Saya mencoret Australia dari daftar target.

Pada saat hampir bersamaan, seorang rekan yang sedang studi di Jepang menginformasikan tawaran menarik. Sebuah universitas negeri di Jepang membuka program internasional. Beasiswa Monbusho disediakan bagi 6 orang terpilih. Kami akhirnya mendaftar pada program tersebut.

Karena program internasional, tidak ada persyaratan penguasaan bahasa Jepang. Demikian juga tidak ada syarat TEOFL minimal untuk kemampuan Bahasa Inggris.

Meskipun demikian, bagi yang tertarik mendaftar program sejenis, saya sarankan untuk mendapatkan skor TEOFL minimal 550. Agar kompetititif dengan peserta seleksi baik dari Indonesia maupun dari negara lain. Jika skor minimal terlampaui, setidaknya dapat mendaftar ke beasiswa dalam negeri seperti LPDP, setelah mendapatkan LoA dari program ini.

Singkat kata, setelah melalui serangkaian seleksi administrasi dan wawancara, alhamdulillah kami berdua dapat lulus. Saya berangkat dengan beasiswa Monbusho (kementerian Pendidikan Jepang), sedangkan istri dengan dukungan instansinya di Jakarta.

Adaptasi

Musim gugur 2014, kami akhirnya tiba di Jepang, 3 hari sebelum kuliah dimulai. Untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dan kuliah, sebenarnya anak-anak dapat menyusul kemudian. Akan tetapi sejak awal kami bertekad untuk bersama-sama dengan anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun