"apakah aku bisa membawa lendir ini dengan sebuah wadah katak hijau? Aku akan memakainya ketika aku telah sampai di puncak gunung Alpen. Seandainya aku tak bisa mencapai puncak gunung itu dalam waktu sehari, aku masih bisa memakai lendir ini." Gubee mengutarakan sebuah ide yang terlintas di pikirannya.
"kau bisa membawanya, tapi takkan berguna. Lendir ini bukan sekedar cairan, ia bernyawa, dan hanya hidup pada kulit tubuh yang masih hidup. Jika ditempatkan pada wadah, ia hanya akan menjadi cairan biasa dan tak berguna." Terang katang hijau.
Sepertinya ide Gubee tak dapat membantu permasalahan itu. Tak ada cara lain selain membawa lendir itu dengan tubuhnya sendiri. Â Gubee kembali mengambil lendir yang melekat di punggung katak hijau, dan mengoleskannya ke seluruh tubuhnya. "aku harus bisa mencapai puncak itu secepatnya!" Tekadnya dalam hati.
"Aku harus pergi sekarang katak hijau. Terimakasih atas kebaikanmu." Pamit Gubee pada katak hijau, setelah seluruh tubuhnya dibasahi oleh lendir katak itu.
"baiklah lebah muda. Semoga kau bisa sampai secepatnya." Ucap katak hijau.
Gubee terbang meninggi, melayang di antara pucuk pepohonan hutan gunung Alpen. Di udara, kembali ia buka petunjuk jalan menuju bunga Edelweis yang ia selipkan di pinggangnya. Jalur yang tergambar di peta itu, belum sampai separuh ia tempuh. "ini masih cukup jauh!." Gumamnya semakin cepat mengayuh sayapnya.
Setelah hampir sehari mengudara, tubuhnya mulai terasa lemah. Tenggorokannya terasa kering, dan perutnya mulai lapar. Ia menukikan pandangan kebawah, mencari hamparan bunga, berharap ada nektar yang dapat memulihkan tenaganya. Namun, di bawahnya hanya ada pohon-pohon Cemara tua yang tak berbunga.
"mungkin ada bunga yang tumbuh di dalam hutan ini" Gubee terbang rendah, masuk kedalam hutan Cemara. Â
Terus  ia kepakkan sayapnya yang mulai lemah, terbang di antara pohon-pohon cemara. Pandangannya terus mengamati sekeliling hutan, berharap ada kuntum-kuntum bunga yang sedang mekar. Hingga tak jauh, tampaklah hamparan bunga Daisy yang berwarna putih, dengan mahkota kuning di tengahnya. Bunga yang berbentuk matahari itu, melambai-lambai seakan memanggil Gubee.
"haaa..., tak sulit mencari bunga di hutan yang subur ini." Desah Gubee tersenyum menuju bunga yang tak jauh darinya itu. Â
Sayap Gubee bergetar lembut saat ia berusaha mencapai bagian terdalam benang sari bunga Daisy. Â Proboscisnya yang panjang dan ramping, terjulur keluar untuk menyerap nektar, sementara kaki-kakinya yang berbulu halus memegang erat kelopak bunga.