Mohon tunggu...
Robi Muhammad Affandi
Robi Muhammad Affandi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta dan Penulis Media Online

Hidup adalah tentang bagaimana engkau bercerita, dan bagaimana engkau diceritakan. Karena dengan cerita itulah manusia akan dikenal dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Prince Gubee 3 (Menuju Jalan Keabadian)

14 Agustus 2024   16:13 Diperbarui: 14 Agustus 2024   22:21 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prince Gubee (edited by penusli)

Menuju Jalan Keabadian

Dikaki gunung Alpen, Gubee kembali memulai pertualangannya.  Ia mengepakkan sayapnya di atas hutan yang tebentang  luas yang memukau dengan keindahan alam yang tenang dan mempesona. Pohon-pohon Pinus yang tinggi dan lebat mendominasi lanskap, dengan menciptakan kanopi hijau tebal, dengan sinar matahari yang menembus di antara dedaunan, menciptakan cahaya keemasan yang menari-nari di tanah. Di bawah pohon-pohon ini, terdapat hamparan lumut yang tebal dan lembut, diselingi dengan bunga-bunga liar berwarna-warni yang menambah keindahan alam Gunung Alpen

Suara gemercik aliran sungai kecil yang mengalir jernih di antara bebatuan menciptakan harmoni alami, sementara aroma segar dari daun dan tanah yang basahmemberikan sensasi yang menenangkan. Burung-burung bernyanyi merdu dari atas pepohonan, menambah suasana magis hutan itu. Di kejauhan, puncak Gunung Alpen yang megah terlihat menyembul  di atas pepohonan, tertutup salju abadi dan berwarna kuning keemasan oleh cahaya langit senja kala itu.

Gubee terlihat sangat bersemangat mengayuh sayap kecilnya di udara.  Sesekali ia melihat petunjuk ditangannya, hutan belantara di lereng gunung Alpen itu terlihat sangat mudah dilaluinya. Namun hari mulai berangsur gelap. Kabut-kabut tipis mulai menghalangi pandangan gubee, dan udara dinginpun mulai terasa membekukan sayapnya. Bagian tubuhnya yang terbuat dari kitin itu, mulai terasa berat untuk digerakkan. Ia memutuskan untuk singgah di sebuah pohon Oak.

Di sebuah lubang kecil diantara kulit pohon Oak, Gubee menghangatkan tubuhnya. Suasana diluar telah berubah menjadi gelap gulita. Suara predator malam mulai riuh di hutan itu. Rasa takut perlahan merasuki benak Gubee. Baru kali ini ia melalui malam yang kelam sendirian.

"minyak itu akan bercahaya di kegelapan." Tiba-tiba Gubee teringat ucapan semut penjaga. Kemudian ia membuka tabung kecil yang terikat di pinggangnya. Ia olesi tubuhnya dengan minyak yang ada di dalam tabung itu. Perlahan, tubuhnya bercahaya. Lubang kecil di pohon Oak itupun berubah menjadi terang.  Dan ternyata, tidak hanya Gubee yang ada di lubang itu.

"siapa kau?" Tanya Gubee kepada serangga yang sepertinya telah dari tadi memperhatikan gerak-gerik Gubee di dalam lubang itu.

"harusnya aku yang bertanya? Ini rumahku!" Jawab serangga itu.

"maaf, aku tidak tahu kalau ini rumahmu. Diluar sangat gelap dan dingin, jadi aku masuk kelubang ini untuk berlindung." Ucap Gubee.

Baca juga: Senja di Ujung Tali

Serangga itu memperhatikan tubuh Gubee dengan detail. "sepertinya kau bukan dari spesiesku. Serangga jenis apa kau?" Tanyanya kemudian.

"aku lebah." Jawab Gubee.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun