"lebah? Kenapa tubuhmu bisa bercahaya seperti kami?
"tubuhmu bisa bercahaya juga?" sanggah Gubee penasaran.
"pasti! Cuma spesies kami satu-satunya serangga yang dapat bercahaya. Tetapi setelah melihatmu, sepertinya pernyataan itu keliru.
"oh! Sebenarnya tubuhku tidak benar-benar mengeluarkan cahaya. Ini hanya berkat minyak pemberian ratu semut merah yang ku oleskan di tubuhku." Ungkap Gubee. "tapi jika tubuhmu benar-benar bisa bercahaya, kenapa kau bergelap-gelap di tempat ini?" Tandas Gubee heran. Â
"luciferin yang dihasilkan tubuhku sudah mulai berkurang. Aku kunang-kunang yang sudah berumur cukup tua. Jikapun aku mengaktifkan luciferin di dalam tubuhku ini, cahayanya tidak akan terang lagi." Jawab serangga itu, yang ternyata seekor kunang-kunang.
"apa kau tinggal sendiri di tempat ini?
"tidak. Aku tinggal bersama anak-anakku. Namun sampai saat ini mereka belum pulang. Sepertinya mereka tersesat." Kunang-kunang tua itu memandangi pangkal ekornya, dan tiba-tiba ekornya itu bercahaya. Tetapi cahayanya sangat kecil dibanding cahaya yang dipancarkan tubuh Gubee.
"lihatlah. Apa yang bisa kulakukan dengan cahaya seredup ini? Bagaimana aku mencari anak-anakku di luar sana? Mereka masih kecil! Mereka belum bisa menyalakan luciferin yang ada di tubuhnya. Dimana mereka saat ini?"
Kunang-kunang tua itu terlihat sangat sedih memikirkan anak-anaknya. Matanya memerah mencerminkan kesedihan mendalam yang tak terkatakan. Bibirnya bergetar, menandakan betapa sulitnya ia mencoba untuk tetap tenang di tengah badai kecemasan yang melanda hatinya.
"maukah kau membantu ku? Aku mohon!" Pinta kunang-kunang itu mengiba.
"apa yang bisa aku lakukan untukmu?" Tanya Gubee prihatin.Â