5. Al-Lu`lu`ah Ats-Tsaminah nadzm As-Safinah karya Syekh Muhammad bin Ali Zakin Al-Kindiy
6. As-Subhah Ats-Tsaminah nadzmis Safinah karya Sayyid Ahmad Masyhur bin Thaha Al-Haddad (1325-1416 H). Konon, beliau menggubah nadzam ini saat berusia 20 tahun atau lebih muda lagi.
           Terlihat dari keenam nadzam diatas, dua dari Indonesia, dan lainnya dari penulis-penulis kebangsaan Hadlramaut-Yaman. Menunjukkan dua bangsa ini memiliki titik kesamaan: sangat kreatif mentransformasikan ilmu pengetahuan melalui sastra yang indah, agar para pelajar tak lelah menelaahnya.
           Delapan Syarah-Hasyiah Safinah        Â
1. Kasyifatus Saja` ‘ala Safinatin Naja karya Syekh Muhammad Nawawi Banten (1230-1314 H).
Kitab ini merupakan syarah pertama bagi kitab Safinah dan tergolong paling lengkap. Di akhir kitab, Syekh Nawawi menambahi pembahasan Puasa, yang tak sempat ditulis oleh Syekh Salim bin Sumair, pengarang Safinah.
2. Ad-Durratust Tsaminah Hasyiah ‘alas Safinah karya Syekh Ahmad Al-Hadlrawi (1252-1327 H).
Atas titah sang guru, beliau memulai karya ini di bumi Ethiopia-Afrika, dan menuntaskannya di Tha`if. Syekh Ahmad menambahkan bab Haji-Umroh plus Adab berziarah pada akhir kitab.
3. Nailur Raja` ‘ala Safinatin Naja karya Sayyid Ahmad bin Umar Asy-Syathiri (1312-1360 H), termasuk syarah yang sedang, tidak panjang, tapi juga tidak pendek. Isinya sangat sarat dan padat.
4. Inaratud Duja bi Tanwiril Hija` bi Nadzmi Safinatin Naja karya Syekh Muhammad Ali Al-Maliky (1287-1368 H).
Meski menjabat sebagai Mufti Maliky di Makkah, perhatian beliau terhadap madzhab Syafi’i cukup luar biasa. Terbukti syarah Inarah ini merupakan syarah yang sangat mencerahkan dan luas wawasannya.