Mohon tunggu...
Roby Mohamad
Roby Mohamad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya tidur, bermimpi, bangun, melamun, dan satu lagi: jarang mandi! :P

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Ringkas Kota Tarim; Pusat Kebudayaan Islam Dunia

12 Maret 2011   09:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:51 5029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً * الْإِيمَانُ يَمَانٍ وَالْفِقْهُ يَمَانٍ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ »


"Telah tiba dihadapan kalian orang-orang Yaman. Mereka itu adalah orang-orang yang berhati sangat lembut * Keimanan itu ada pada orang Yaman. Fiqh itu ada pada orang Yaman. Dan hikmah itu pun ada pada orang Yaman."


TERLETAK ± 500 km dari Ibukota Yaman, Shan'a, Tarim adalah sebuah kota yang tergolong subur dan makmur. Walaupun curah hujan rendah dan dikelilingi bukit-bukit tandus dengan padang pasirnya, namun persediaan air di daerah yang kami tempati ini sangat cukup. Lebih dari itu, kota legendaris yang konon berasal dari nama putra Raja Hadhramaut ini juga merupakan wilayah domisili bagi keturunan keluarga besar Rasulullah saw., sebagaimana Kota Madinah bagi Baginda Muhammad saw. Bahkan, dalam catatan emas sejarah kuno Yaman, Tarim dinobatkan sebagai ibukota sekaligus jantung peradaban Kerajaan Hadhramaut sekitar abad IV SM. Sampai akhirnya, sinar benderang Islam datang menerangi kota ini oleh Sayyidina Ziyad bin Lubaid al-Anshari yang diutus Rasulullah pada tahun 10 H.


Di masa pemerintahan Sayyidina Abu Bakar ra, gerakan murtad dan para pembangkang yang enggan menunaikan zakat terjadi di kawasan Hadhramaut, kecuali seluruh penduduk Tarim yang tetap taat beriman dan justru membantu tentara Islam utusan Sang Khalifah memerangi golongan murtad dan anti-zakat. Ketika Sahabat Abu Bakar mendengar kabar keteguhan masyarakat Tarim, beliau sangat kagum-gembira seraya mendoakan tiga keistimewaan untuk kota ini yang sampai detik ini masih dapat dirasakan; pertama, agar kota tersebut makmur; kedua, airnya berkah; dan ketiga, semoga kota Tarim dihuni banyak orang-orang saleh. Berkat doa Khalifah Rasulullah inilah, wilayah yang memiliki 365 masjid ini sampai sekarang sangat terkenal sebagai pusat perkembangan ilmu di Yaman. Simbol kecemerlangan ini boleh dilihat dari Maktabah al-Ahgaff yang menyimpan lebih dari 5000 manuskrip keagamaan, hukum Islam, astronomi, sejarah, matematika, dan lain-lain yang menjadi rujukan utama para ilmuwan Islam sedunia.


Menurut Ensiklopedia Islam, Tarim, kota Seribu Wali, terkenal sebagai pusat ilmu dan penyebaran Islam ke seluruh dunia. Ahli sejarawan ikut mencatat bahwa Islam tersebar dan sampai ke seluruh Asia, mulai dari India, Cina, Filipina, hingga Indonesia, melalui Da'i-da'i yang berhijrah dari Tarim-Hadhramaut. Selain itu, mereka juga berdakwah hingga ke benua Afrika, Amerika, dan Eropa, memperkenalkan Islam dengan cara dan metode yang sangat mulia (bil hikmah wal mau'idhah hasanah), tanpa kekerasan, apalagi terror, sehingga masyarakat setempat merasakan esensi ajaran Islam yang sesungguhnya, dan pada akhirnya Islam dapat diterima oleh semua golongan. Mereka, yang notabene imigran, pandai menyesuaikan diri dengan adat dan budaya setempat. Hingga sekarang, kota Tarim tetap eksis dalam memperkenalkan pemahaman-pemahaman Islam yang damai dan berfaham Ahlissunnah wal Jama'ah, terbukti dengan banyaknya pelajar dan mahasiswa luar negeri, mulai dari Asia -terutama Indonesia-, Afrika, hingga Eropa, yang menimba ilmu di kota yang berpenduduk sekitar 500 ribu jiwa ini.


Kisah perjuangan para penyebar Islam dan sumbangsih kota keramat inilah yang menginspirasi Organisasi Islam untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (ISESCO), salah satu badan di bawah naungan OKI (Organisasi Konferensi Islam) menganugrahkan penghargaan bergengsi kepada Tarim sebagai Pusat Kebudayaan Islam Dunia 2010 M ('Ashimah al-Tsaqafah al-Islamiyyah 1431 H).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun