Mohon tunggu...
Robertus Nata
Robertus Nata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berjalan menuju terang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebenaran?

11 April 2023   08:48 Diperbarui: 11 April 2023   08:51 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia dewasa ini, teknologi semakin maju dan berkembang. Kemajuan teknologi ini sungguh bermanfaat sebab kemajuan teknologi memudahkan kehidupan manusia. Kemajuan teknologi ini juga memudahkan manusia mengeksplorasi dunia, manusia semakin dimudahkan dalam memproduksi informasi, mengonsumsi informasi, dan bertukar informasi melalui pelbagai jenis media sosial (medsos) yang ada. Informasi yang tersebar mestinya adalah informasi yang memuat suatu kebenaran. Namun dalam perjalanan waktu, kebenaran ini mengalami dekadensi, dari suatu yang benar-benar ada menjadi suatu yang mengada-ada oleh mereka yang menguasai teknologi atau mereka yang menguasai medsos. Kemerosotan kebenaran tumbuh begitu agresif beberapa waktu ini. Fenomena ini berakar dari mereka yang menguasai teknologi atau medsos dan dalam kata lain mereka yang populer. Mereka memiliki suatu power yang dapat meyakinkan bahwa apa yang mereka katakan adalah sebuah kebenaran. Power tersebut adalah pemikiran mereka yang serupa dengan sebuah kebenaran. Mereka pandai memanipulasi informasi agar banyak yang yakin bahwa apa yang mereka katakan adalah sebuah kebenaran. Hal ini seakan menyebabkan kebenaran kehilangan jati dirinya. Dengan kemerosotan arti kebenaran ini dapat menyebabkan timbulnya penurunan efektivitas internet yang semestinya berisi tentang suatu kebenaran. Dimana informasi yang semestinya berupa kebenaran seakan menjadi kebohongan dan suatu yang menyesatkan hingga dapat berakibat kebodohan massal. Sebab kebenaran bukan lagi suatu yang benar-benar terjadi, bukan lagi suatu yang benar-benar ada. Namun kebenaran adalah seberapa yakin orang lain percaya bahwa apa yang kita katakan adalah sebuah kebenaran. Kebenaran yang mengalami dekadensi ini mengakibatkan manusia hidup dengan meyakinkan manusia lain akan dirinya. Manusia meyakinkan manusia lain dengan kepalsuan diri mereka. Hidup manusia dipenuhi akan kepalsuan demi dipandang baik dan benar serta demi menyenangkan hati manusia lain. Sikap manusia ini seakan tak dapat dibendung. Mereka hanya ingin manusia lain memandang mereka saja, keegoisan telah merasuk mereka begitu dalam, kemunafikan telah mendarah daging dalam diri mereka. Hal ini mengakibatkan manusia tak lagi dapat dipercaya sebab hanya ada kepalsuan dalam diri mereka. Dari kasus di atas mestinya manusia menyadari hidupnya yang otentik. Hidup yang otentik akan menujukan keaslian dari dirinya. Walaupun terkadang keaslian diri adalah suatu sikap yang kurang elok dipandang. Namun dengan manusia berani dan mampu menujukan keaslian walaupun kurang baik, orang akan mengerti dan dapat membantu untuk memperbaiki atau bahkan merubah sikap yang kurang elok itu. Orang akan membantu untuk memberikan arahan demi perbaikan dan pembaharuan sikap. Perbaikan dan pembaharuan sikap ini akan menjadikan manusia tak perlu lagi hidup dalam kepalsuan. Perbaikan dan pembaharuan juga akan membantu manusia semakin dapat dipercaya oleh manusia lain. Oleh sebab itu, hendaknya manusia hidup dalam kebenaran yang ada bukan yang mengada-ada serta hidup dalam keotentikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun