Pemuda di era 1998, adalah kelompok yang ada bersama rakyat. Lahir dari rahim perjuangan dan pergolakan. Kian subur idealiseme yang mereka tanamkan untuk bangsa ini. Sungguh amat mulia dan patut beri apresiasi.
Yang lalu telah berlalu. Hanya tinggal kenangan. Hanya euforia yang disuguh dalam setiap sesi diskusi. Yang lalau tinggalkan warisan yang amat berarti, bahwa tidak ada yang sia-sia. Beda orang beda masa. begitu kira-kira kata yang hanya historia yang melekat dalam memori anak bangsa.
Saban hari, kini berganti. Tiada lagi senjata untuk membungkam. Harusnya hanya yang lama tinggal hanya cerita. Tapi malah tetap ada dan menjadi tameng keberingasan.Meski hanya di sudut-sudut gubuk. Begitulah cerita kemari dan peristiwa kemarin.
Hari-hari ini, bertumbuh dalam era yang semakin maju. Maju pembangunannya. Maju juga pemikiran. Hal ini pun sontak disambut dengan puja-puji dan canda tawa yang menemani setiap sesi diskusi. Tentang pemuda dan tantangannya hari ini. Tentang sensitifitas yang harus di jaga dengan matang.
Namun tidak seharap yang di damba. Prgamatisme kian menjamur. Menjamur dalam degup dan iming-iming yang untuk dikecup. Sorak-sorai jadi awet. Pun tawa yang di hiasi kepura-puraan. Bicara kian lantang, tapi lupa memberi nyawa setiap nada yang terlewatkan begitu saja.
Seperti umbul-umbul yang menyambut angin untuk dikabar mengarah pada satu arah. Begitupun nyanyian 17 Agustus-an yang dinyanyikan dengan penuh kepuran-puraan. Mempertanyakan pemuda hari ini. Begitu suci kala bersejajar dengan barisan para penguasa.
Mengharapkan pemuda menuju Indonesia 2045 memang sebuah tantangan. Merespons fenomena yang menjamur bagai penyakit yang mengakut dalam jiwa. Seolah abai dan lupur dari perhatian. Pemuda seperti tumbuh dalam cinta dan harga mati yang kian mesra dengan agenda yang sengaja diformalkan.
Mengibaratkan pemuda hari ini adalah ketampanan yang kian utuh, berupa mangut-mangut dan anggukan kepala yang tiada henti diacung dalam jempol.
Idealisme adalah harga mati !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H