Mohon tunggu...
Robertus Dagul
Robertus Dagul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis merupakan bentuk kontemplasi untuk menemukan kejernihan pikiran terhadap fenoemena yang terjadi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengartikan Kesejahteraan dalam Kondisi yang Terpaksa

23 Januari 2023   20:44 Diperbarui: 23 Januari 2023   20:47 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mendefinisikan kejadian yang terjadi di lingkungan sosial tempat kita tinggal kerap dibahasakan dengan beragam perspektif. Tergantung dari mana kita mengamatinya dengan ilmu yang kita geluti. Begitulah kira-kira yang terpaut dalam benak kaum yang agak sedikit akademis.

Bahkan tidak terlepas dari puja-puji yang tiada henti. Ketika fasilitas umum dibangun dengan fondasi yang mungkin akan bertahan tidak begitu permanen. Dalam jangka periodik akan kembali rusak ditelan iklim dan juga cuaca yang tiada menentu.

Begitupun narasi yang diciptakan dari dalam ruang-ruang pemegang otoritas. Diusahakan untuk terus menghasilkan senyum dan beragam tawa dari khalayak ramai agar semakin menumbuhkan kesenangan batin bagi mereka yang mengedalikan ruang kekuasaan.

Tidak lebih daripada menjadikan apa yang disebut Citizen sebagi sampel untuk diklaim agar terekam dalam perhitungan sistem dan menjadi standar perhitungan yang baku untuk kembali mengutang dengan negara adidaya.

Kian renyah bahasa yang diucapkan, riak-riak juga ikut menari-nari menghiasi penyambutan kala datang pada beberapa kali waktu. Dipaksa untuk di elu-elu dengan sedikit isak tangis penuh peluh. Mungkin sedikit memberikan lambaian tangan. Seperti majas-majas yang mengiringi setiap kali kunjungan. Ucapan terima kasih tiada henti. Ia yang disebut-sebut sebagai sebuah bahasa paling langka di lontarkan. Ia yang disebut Populisme.

Ulasan ini mungkin agak sedikit filosofis, agar imajinasi kita tidak hanya stagnan dalam kondisi yang enggan tumbuh dengan nalar yang kritis. Agar kita mengerti, ternyata imajinasi itu sangat penting untuk menghasilkan sebuah percakapan anak bangsa yang terus tumbuh dengan semangat nasionalismenya.

Saya coba masuk pada topik yang lebih inti mengenai kesejahteraan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia( KBBI) kata kesejahteraan tidak kurang dari kata membuat menyelamatkan dan memakmurkan.

Berkaca pada definisi di atas, kesejahteraan tidak lari jauh dari membuat rakyat terselamatkan dari belenggu kemiskinan dan mengalami suatu kondisi hidup yang jauh lebih bebas menikmati apa yang dikerjakannya atau apa yang dirasakannya dengan pembangunan di sekitarnya.

Negara Jerman misalnya ketika usai perang dunia pertama, Adolf Hitler, yang kerap dikatakan sebagai pemimpim yang fasis. Namun ia berhasil membangun negaranya menuju suatu ekonomi yang jauh lebih maju pada periode 1993-1945 (BBC, 14/9/2020).

Program yang berhasil diluncurkanya menjadikan Jerman sebagi negara yang mandiri, Membangun industri militer yang makin kuat, Membangun ribuan jalan tol, Melarang impor, Peningkatan kualitas hidup dan lain sebagainya.

Namun negara Jerman semakin kuat dalam imajinasi warga negara dunia, sebagai negara yang pernah di pimpin oleh pemerintahan yang otoriter. Tidak lain tokoh yang disebut-sebut adalah Adolf Hitler.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun