Mohon tunggu...
Robertus Afrianus Nanga Noo
Robertus Afrianus Nanga Noo Mohon Tunggu... Guru - Penulis-Praktisi Pendidikan

Tulislah semua kebaikan di dunia, karena Tuhan telah merancang dengan sempurna untuk kita abadikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi Modul 3.3

12 September 2024   23:15 Diperbarui: 12 September 2024   23:20 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
doc. pribadi SMA Tri Ratna

(Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada MuridSebuah kesempatan baik yang  saya dapatkan dari pembelajaran modul 3   Pendidikan Guru Penggerak, yakni perubahan paradigma dalam pengambilan keputusan  selama ini dilakukan pendekatan berbasis masalah (defisit based) sekarang sudah bergeser kepada pendekatan berbasis aset. Sebelum saya mengikuti Calon Guru Penggerak, keputusan yang diambil  fokus pada hasil evaluasi yakni menemukan kekurangan atau kesalahan. Sehingga umumnya tindakan yang diambil berdasarkan pendekatan berbasis masalah. Berpijak dari hal tersebut,  setelah saya mempelajari modul 3 masalah tidak lagi menjadi focus utama dalam pengambilan keputusan. Berupaya menemukan aspek masalah dari sudut pandangan. Karena dibalik masalah pasti adalah kelebihannya yang bisa dijadikan menjadi suatu aset. Sebagai pemimpin pendidikan guru harus mampu menemukan masalah dari sudut pandang positf  semua hal kearah yang positif. Hal yang perlu dipelajari oleh saya yakni berupaya untuk  berpikir positif tentang suatu kelebihan yang menjadi aset kita.

Satuan pendidikan atau komunitas pendidikan harus optimis mengelola sumber daya dan aset yang dimiliki sebagai suatu kekuatan / potensi sekolah. Masalah atau kekurangan yang dimiliki oleh suatu sekolah tidak lagi menjadi hambatan untuk memajukan pendidikan dan mewujudkan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada murid. Namun focus suatu masalah adalah kebiasaan yang sudah membudaya dan untuk mengubah sebuah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, sehingga butuh proses belajar, butuh kolaborasi dan pemahaman yang matang antar civitas akademik sekolah. Oleh karena itu  pola pikir yang positif haruslah tertanam sebagai civitas akademik yang mampu menghadirkan perubahan yang postif  dan mampu direalisasikan. Sehingga pada akhirnya program yang berdampak positif pada murid akan mudah terlaksana.

Hal yang dipelajari pada modul 3, mengambil keputusan guna merancang semua hal yang berpihak murid, hendaknya kita menerapkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan menerapkan 9 langkah pengujian. Hal tersebut jelas perlu dilakukan agar menghasilkan sebuah keputusan yang bijak dan berpihak pada murid. Selain itu, dalam merancang program sekolah yang berdampak pada murid perlu dilakukan secara matang. Seperti menerapkan manajemen perubahan dengan model inkuiri apresiatif BAGJA (Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi) serta menerapkan manajemen resiko dan untuk keberlanjutan program perlu menerapkan MELR (Monitoring, Evaluation, Learning dan Reporting ). Dengan demikian, program diharapkan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Pemetaan aset atau sumber daya yang ada di sekolah, baik sumber data fisik maupun non fisik sangatlah penting dilakukan untuk mengoptimalkan keterlaksanaan sebuah program yang berdampak pada murid. Setelah pemetaan dilakukan, langkah berikutnya adalah mendayagunakan potensi sekolah sesuai tujuan untuk mewujudkan merdeka belajar dan terciptanya profil pelajar pancasila dan budaya positif di sekolah.

Modul 3.3 menjadi penghujung dari serangkaian modul dalam diklat calon guru penggerak. Modul 3.3 mengajak saya untuk kembali mereview kegiatan dan rutinitas yang saya lakukan dalam menjalani pengabdian dan peran saya menjadi seorang guru.

Modul 1.1 melalui materi Filosofi Ki Hajar Dewantara, saya diingatkan kembali apa hal utama yang perlu dilimiliki dalam peran guru. Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu dan masyarakat.Murid haruslah menjadi dasar muculnya program sehingga murid menemukan kodratnya dengan melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini, dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya. Dengan kita memahami kodrat murid maka kita akan lebih mudah dalam merancang program yang berdampak positif pada murid.

Modul 1.2 isi pada materi ini yakni nilai dan peran guru penggerak. Adapun nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan profil pelajar pancasila dan merdeka belajar. Sebagai seorang gurum harusnya mampu  menjalankan perannya,  tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

Modul 1.3, membahas tentang bagaimana merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif BAGJA (Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi), dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid. Melalui pendekatan inkuiri apresiatif BAGJA kita dapat dengan mudah merancang program yang berdampak positif pada murid, karena kita melibatkan semua pihak dan melihat semua aset yang ada.

Modul 1.4, mengulas akan budaya positif, berupa lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid. Melalui pembiasaan budaya positif akan tercipta profil pelajar pancasila sejalan dengan program pemerintah. 

Modul 2.1, dalam modul ini guru diajak untuk menguasai  pembelajaran berdifernsiasi. seorang guru dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan pelayanan terbaik yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat, dan gaya belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid. Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi,  kita memberi ruang kenyamanan dan kebahagian untuk murid dalam belajar dan ini akan membuat bahagia dalam mengajar. Sehingga dengan berpijak hal tersebut terciptalah merdeka belajar bagi guru dan murid.

Modul 2.2,  melalui modul ini, seorang guru dilatih dan diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial dan emosional pada diri murid. Dengan penerapan pembelajaran KSE kita mengembalikan kesadaran diri secara penuh pada murid, sehingga murid lebih mampu untuk  fokus, berempati, termotivasi dan bertanggung jawab pada hal yang sedang dialami. Teknik mindfullness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun