Mohon tunggu...
Robert Raditya
Robert Raditya Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer and Digital Enthusiast

Like to share what's on my mind

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Salah Menjadi Mualaf?

25 Desember 2019   18:10 Diperbarui: 25 Desember 2019   18:24 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar hanya ilustrasi belaka | sumber: pixabay

Sejak tahun 2018 lalu, saya adalah seorang mualaf. Sebelumnya saya beragama katolik dan berasal dari keluarga katolik. Mengapa saya mualaf?

Sederhana saja karena saya mengimani apa yang diajarkan dalam islam. Saya belajar, saya percaya dan saya yakin, iman ini, hidayah ini datangnya dari Allah. Tidak pernah ada manusia yang mempengaruhi saya untuk masuk islam. Semua adalah keinginan saya sendiri. Hasil pencarian saya sendiri. Orang bilang ya ini adalah hidayah dari Allah dan saya menerimanya dengan hati terbuka. 

Seperti kebanyakan orang, perjalanan seorang mualaf memang tidak pernah mudah. Di masa awal kemualafan saya, saya belum berniat memberi tahukan hal ini kepada orang tua saya sampai waktu yang menurut saya tepat.

Namun apa daya, mungkin ini juga salah satu takdir Allah, Ibu saya menemukan saya menyembunyikan al-quran di lemari saya entah bagaimana caranya.

Hari itu konflik mulai terjadi. Tuduhan demi tuduhan masuk. Mulai dari dituduh ikut-ikutan pasangan, dipengaruhi teman kuliah, dipengaruhi lingkungan kerja sampai yang paling ekstrem adalah dituduh masuk kelompok radikal. Mari kita bedah satu per satu. 

Dipengaruhi pasangan. Ketika saya memutuskan untuk masuk islam (tapi belum bersyahadat) saya mempunyai pasangan seorang Kristen. Karena saya sebelumnya pun seorang Katolik.

Memang tak lama setelah itu hubungan kami berakhir namun ketika ada kesempatan untuk memperbaiki lagi saya memutuskan untuk berhenti karena saya sudah mantap untuk menjadi mualaf dan tidak mungkin melanjutkan hubungan dengan pangasan saya tersebut.

Sampai hari di mana saya melakukan syahadat pun saya tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa-siapa lagi. Sehingga, tuduhan menjadi mualaf karena dipengaruhi pasangan merupakan sesuatu yang tidak valid.

Dipengaruhi teman kuliah. Ya, memang saya kuliah di sebuah perguruan tinggi negri yang cukup kental dengan nuansa islami di daerah Surabaya.

Mayoritas teman-teman kuliah saya adalah muslim. Itu pun beragam, ada yang konservatif dan ada juga yang cukup moderat.

4 tahun saya kuliah di Surabaya, agama saya yang saat itu masih Katolik tidak pernah menjadi penghalang untuk saya berkembang dan bersosialisasi selama kuliah. Saya memiliki teman-teman yang sangat menghargai keberagaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun