Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia(Apindo) Sofyan Wanandi seorang pengusaha sukses, diangkat sebagai timahli Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Sofyan Wanandi diberi tugas antara lain mengatasi hambatan investasi, termasuk perizinan. Tim dibentuk untukmempercepat pertumbuhan investasi dan ekonomi. Pemerintahan Jokowi harus segera memperbaiki masalah layanan izin dan investasi.
Sofyan Wanandi jugamengusulkan hal konkret seperti komponen industri hulu diberi insentif agar jangan diimpor terus.
Sofyan Wanandi menyatakan Pemerintah perlu memberikan insentif kepada industri padat karya soal upah dan buruh.
Insentif: Upah Buruh dipatok agar tidak demo selama 10 tahun. Mengurangi tekanan buruh
Menteri Perindustrian dan Pengusaha Korea mendukung soal Upah Buruh dipatok
Menteri Perindustrian mengamini usulan upah dipatok, untuk jangka waktu 5 tahun. Yaitu dibuatkan kerangka dimana ditentukan besaran kenaikan : tahun pertama sekian persendan seterusnya.
Dengan ini menurut Menteri Perindustrian pengusaha dapat tetap menjaga kinerja perusahaan terutama dari segi finansial. Pengusaha tidak terlalu terbebani tuntutan UMP yang terus disuarakan buruh. Memudahkan pengusaha untuk membuat cashflow.
Pabrik pakaian asal Korea jugaminta UMP dipatok 5 tahun. Permintaan ini didukungWakil Ketua Umum Kadin bidang Tanaga Kerja. Bagi investor kepastian nomor satu, tanpa itu investor sulit melakukan perhitungan proyeksi bisnis mereka.
Dalam bisnis ketidak-pastian adalah suatu keniscayaan
Wapres Boediono pesan kepada Ketua Umum Apindo
Saya teringat pada pesan Wapres Boediono pada Penutupan Munas Nasional Apindo ke-IX , 8-10 April 2013. Dalam Munas ini Sofyan Wanandi terpilih kembali sebagai Ketua Umum Apindo untuk ketiga kalinya.
Boediono bercerita tentang pebisnis yang berjasa menciptakan sendi-sendi perekonomian Negara yang kuat.
Kata Boediono: pengusaha bukan hanya mengejar keuntungan tetapi memberi dampak sosial yang baik dan positif bagi Indonesia, nilai yang besar.
Pesan Bodiono merupakan pesan moral, mengingatkan kita akan Revolusi Mental yang dipakai sebagi dasar pemikiran dalam pemerintahan Jokowi
Pengusaha danBuruh yang menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia
Memang benar tuntutan Buruh kadang-kadang kurang pas, seperti tuntutan : Uang pijat refleksi, uang kondangan, buah kiwi. Mogok di jalan raya hingga menghambat lalu lintas juga tidak menguntungkan perjuangan buruh malah memperlemah kedudukan buruh.
Sendi-sendi perekonomian bangsa juga banyak diganggu pengusaha yang tidak taat membayar pajak.
Banyak sekali perusahaan yang membuang limbah yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sungai Citarum masuk dalam daftar 10 besar tempat-tempat dengan polusi terburuk didunia pada 2013. Hal ini tidak terlepas dari ulah pengusaha yang membuang limbahnya ke Sungai Citarum.
Pemerintahan SBY terkesan menekankan jasa pengusaha yang luar biasa dengan menyediakan lapangan kerja sedangkan buruh cenderung dicap sebagai penghambat pembangunan dan perekonomian Indonesia.
Bagaimana dengan Visi Misi pemerintahan Jokowi-JK dan Nawa Cita?
Ungkapan “para buruh harus bersyukur masih bisa bekerja, karena masih banyak orang di Indonesia yang menganggur” sangat tidak pantas.
Buruh adalah partner Pengusaha. Mereka perlu bersinergi memperkuat Bangsa Indonesia, memperkuat posisi Republik.
Kementerian Tenaga Kerja bekerja sama dengan Apindo perlu lebih intensif mensponsori pendidikan dan pelatihan bagi Serikat Buruh. Serikat Buruh perlu dibekali pengetahuan tentang perusahaan: untung rugi, perpajakan, biaya perusahaan, bunga bank dan persaingan.
Perlu peningkatan kemampuan Serikat Buruh dalam bernegosiasi dengan Pengusaha.
Kementerian Tenaga Kerja berperan penting dalam menciptakan suasana: Silih asih, silih asah dan silih asuh.
Silih Asih, Silih Asah dan Silih Asuh karakter orang Indonesia
Bacaan:
Sofyan Wanandi terpilih sebagai Tim Ahli Jusuf Kalla
Pesan Wapres Boediono ke Sofyan Wanandi
Menteri ini usul UMP ditetapkan 5 tahun sekali
Ingin kepastian, pabrik pakaian asal Korea minta upah dipatok 5 tahun
Silih asih, silih asah dan silih asuh karakter orang Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H