Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencermati Referendum Skotlandia, Merangkul Orang Papua

14 September 2014   04:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:45 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemerintah Inggeris terus membujuk Skotlandia untuk mengurungkan niat mereka berpisah dari Inggeris.

Referendum untuk opsi kemerdekaan akan dilaksanakan pada 18 September 2014 mendatang.

Referendum ini adalah untuk pertama kali dalam 300 tahun salah satu Negara Persemakmuran Inggeris memajukan referendum untuk memisahkan diri dari Inggeris.

Saat ini selisih suara yang ingin memisahkan diri dengan yang tidak, sangat tipis, 18% masih belum menentukan pilihan.

Alasan pendukung opsi kemerdekaan

Orang-orang Skotlandia sebagai bagian dari Persemakmuran Inggeris hidup serba berkecukupan dan sejahtera, sehinggasesungguhnya tidak mempunyai alasan untuk memisahkan diri dari Persemakmuran.

Mungkin satu2nya alasan Kelompok Pendukung Kemerdekaan Skotlandia ingin memisahkan diri adalah karenamerasa sudah waktunya untuk menjadi suatu Negara yang Merdeka, Berdaulaut.

Kemerdekaan akan memberi kewenangan soal ekonomi, kehidupan politik sepenuhnya ketangan rakyat Skotlandia.

Kemerdekaan berarti pajak di Skotlandia akan dimanfaatkan di Skotlandia untuk kepentingan rakyat Skotlandia, seperti jaringan sosial yang lebih baik bagi rakyat miskin.

Masalah yang akan dihadapi Skotlandia jika pisah

Skotlandia akan menghadapi permasalahan dan kerugian dengan memisahkan diri dari Persemakmuran.

Diantaranya tiga permasalahan berikut:

Investasi yang mengalir ke Skotlandia akan berkurang. Perusahaan besar seperti bank akan keluar dari Skotlandia setidak mengecilkan operasi mereka.

Skotlandiatidak lagi memegang mata uang Poundsterling. Lalu bergabung dengan Euro? Dengan memisahkan diri dari Inggeris maka Skotlandia bukannya bebas, tetapi pindah dari “ Diatur London” menjadi “Diatur “Brussels”.

Skotlandia akan menderita pelemahan dalam bidang keamanan, termasuk keamanan intelijen.

Kalangan muda

Kalangan muda, 16 tahun keatas akan memegang peranan penting dalam referendum ini. Mereka akan jadi penentu jadi atau tidaknya Skotlandia memisahkan diri dari Inggeris.

Untuk kalangan muda aspirasi merdeka, berdaulat sangat penting. Kesukaran ekonomi, keamanan dan mata uang adalah pertimbangan nomor dua.

Aspirasi Rakyat Papua

Adakah yang dapat kita pelajari dari aspirasi rakyat Skotlandia untuk memisahkan diri dari Inggeris, dalam menjawab kegelisahan Papua?

Dunia semakin mengecil dengan keterbukaan informasi. Dunia semakin mengecil dengan kemudahan bepergian antar Negara.

Pandangan dan aspirasi kalangan muda semakin universal: utama berdaulat. Kesukaran ekonomi, keamanan dan mata uang pertimbangan kedua.

Penderitaan rakyat Papua

Berita berikut tak mampu membuat hati kita tergerak:

·Harga BBM rp 50 rb/liter.

·Harga beras yang tidak terjangkau.

·Harga semen Rp 1 juta/sak.

Lebih serius lagi:

·Ekplotasi Tambang dari bumi mereka, alam mereka dirusak. Rakyat Papua sedikit sekali menikmati hasil tambang ini.

·Tanah orang Papua semakin dikuasai pendatang.

Pembangunan di Papua harus sesuai dengan keinginan dan konsep orang Papua

Pemimpin kita kurang menunjukkan kesungguhan menangani Papua

Harga semen yang menggila

Kita mau menangis harga semen dipegunungan sampai rp 1 juta, kata Menko bidang Perekonomian Hatta Rajasa saat member kuliah di Univ Cendrawasih (23/11/2013).

Kenyataan sekarang Hatta Rajasa aktif memotori Proyek Jembatan Selat Sunda dan Jalan Tol Trans Sumatra , yang menghubungkan Jawa dengan Sumatera.

Jembatan Selat Sunda dan Jalan Tol Trans Sumatra tidak menolong kesukaran orang Papua dalam pengadaan kebutuhan mereka seperti BBM dan semen.

Orang Papua berdemonstrasi menuntut referendum

Ratusan orang Papua berdemonstrasi menuntut referendum. Mantan Kepala BIN setuju menggelar referendum membahas Papua namun referendum yang dilakukan seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya rakyat Papua.

Untuk Orang Papua persetujuan referendum cara diatas merupakan olok-olok.

Kita berkewajiban dengarkan Orang Papua

Kita sering lupa bahwa orang Papua sudah ada sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Orang Papua sudah ada dan menduduki tanah dan hutan mereka, sebelum Belanda menjajah kita.

Kita berkewajiban memiperlakukan Orang Papua sebagai manusia beradab tanpa diskriminasi secara fisik maupun psikis.

Pengakuan Papua sebagai manusia Indonesia tak hanya dengan dalih integrasi Papua ke dalam NKRI.

Papua hanyalah objek bagi kedatangan investasi asing dan bantuan donor yang besar dengan tujuan Papua tetap dalam NKRI.

Buang jauh-jauh pendekatan Papua sebagai ancaman kedaulatan

Bahwa Papua merupakan bagian dari NKRI sudah final.

Tulisan Amiruddin al-Rahab berjudul Dengarkan Papua sangat berharga untuk disimak.

Dengarkan jeritan orang Papua dengan hati

Bacaan:

Hatta ingin menangis dengar harga semen di Papua Rp 1 juta/sak

Soal Papua, Hendropryono dukung Referendum

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun