Nasi Uduk masakan Mpo Yemeh
Keluarga berusaha agar teratur berbelanja di Warung sebelah Rumah, menghindar dari berbelanja di Mart atau Toserba, demi hemat waktu, hemat BBM dan berusaha mendukung Pengusaha Kecil. Dalam 30 tahun sejak saya tinggal di daerah ini ( Jakarta Selatan) entah berapa puluh Warung yang gulung tikar.
Ada 3 Warung tempat saya berbelanja sehari-hari, berjarak kurang dari 50m dari tempat saya tinggal.
Warung Mba Kes untuk sayur mayur, Warung si Ucok untuk Sarapan dan Warung Nung (orang Betawi) untuk kelontongan.
Keuntungan dari berbelanja di Warung sebelah rumah
• Cukup jalan kaki, berarti hemat BBM dan biaya parkir. Juga mengurangi kemacetan lalu lintas. Hemat BBM berarti saya ikut berkontribusi dalam menunda habisnya minyak di bumi Indonesia.
• Hemat waktu karena jarak yang sangat dekat dan tidak antri di depan Kasir.
• Hubungan baik dengan Tetangga. Semakin meningkat keuangan Tetangga maka semakin menguntungkan bagi kita, karena Tetangga yang keuangannya lemah, lebih sensitif, lebih besar kemungkinan mengajak “berkelahi”.
Warung Mba Kes
Harga bersaing untuk sayur segar lokal seperti daun kangkung, daun ketela, sayur bayam dan daun katuk. Tentu saja Mba Kes tidak menjual sayur organik, hidroponic , aeroponic yang harganya tidak terjangkau oleh warga sekitar.
Mba Kes hanya menjajakan ikan murah dan kualitas rendah, karena terbatasnya daya beli warga sekitar. Membutuhkan Ikan Mas atau Gurame ukuran besar, tinggal pesan. Esoknya pesanan datang, ikan yang tidak kalah segar dari ikan di Toserba dan harga bersaing.
Warung Ucok: Sarapan Nasi Uduk
Warung Ucok menjual berbagai macam Barang Kelontongan tetapi Favorit saya adalah Nasi Uduk untuk sarapan dirumah. Satu kali dalam seminggu saya membeli 1 bungkus Nasi Uduk Rp 3 ribu + 1 potong Semur Tahu Rp 1 ribu total Rp 4 ribu. Foto diatas.
Mungkin kelihatannya tidak sebergengsi sarapan di Restoran siap saji kelas dunia.
Di Warung Ucok ada meja yang saya kagumi , yang saya sebut Meja Koperasi. Meja dimana dijual berbagai Jajanan Pasar seperti Nasi Uduk, Kroket, Risoles dan berbagai jajanan pasar lainnya. Semua itu dimasak dan disuplai oleh beberapa Tetangga, tidak ada masakan Ucok sendiri.
Gotong Royong biarpun dalam kesempitan
Warung Nung
Warung Nung terletak tepat diseberang rumah, 10 langkah. Saya berbelanja di Warung Nung untuk kebutuhan kecil seperti Sabun Cuci Piring dan Kopi Capucino dalam sachet. Juga telur ayam, agak mahal tetapi dijamin aman sampai dirumah, tidak ada yang pecah.
Pak Aki si Penjaja Buah-buahan
Pak Aki berkeliling menjajakan dagangannya, buah lokal yang saya golongkan Lokal Klasik. Buah-buahan berikut jarang ditemukan di Supermarket dan kalaupun ada, harga jauh lebih tinggi: Pisang Raja Sereh, Sawo, dan Jambu Batu.
Kesenangan dari berbelanja di Pak Aki adalah suasana yang jauh dari formal. Selalu dimulai perang kata, sahut menyahut, serang menyerang. Pak Aki mengakhiri transaksi dengan bersalaman. Lalu dia mendoakan kesehatan dan keselamatan saya. Saya membalas dengan hal yang sama.
Kulit muka Pak Aki terbakar matahari dan disiram hujan, tetapi kebaikan hati terpancar di wajah si Aki. Mungkin Orang Terakhir dari Keluarganya yang menjajakan dagangannya dengan berkeliling kampung. Mungkin saya Generasi terakhir yang senang berbelanja dari Pak Aki.
Pasar Tradisional
Jika Pak Aki tidak lewat atau tidak membawa buah Lokal Klasik yang saya butuhkan, maka terpaksa berbelanja di Pasar Tradisional (kecil, berantakan) dekat rumah.
Mayestik adalah Pasar Favorit, tetapi sukar sekali mendapatkan tempat parkir dan lalu lintas yang tidak bersahabat. Mutu dan harga buah-buahan dan sayur di Mayestik lebih tinggi. Berbelanja di Pasar Tradisional Bergengsi hanya untuk kebutuhan khusus seperti untuk Hari Ulang Tahun atau Lebaran.
Untuk kebutuhan daging sapi dan daging ayam, terpaksa berbelanja di Pasar Tradisional Bergengsi( seperti Mayestik) atau di Toserba.
Membeli Buah, Sayur Lokal vs Impor
Membeli buah dan sayur lokal berarti mendukung Petani kita, juga mendukung Warung-warung Kecil disekitar rumah. Meningkatkan pendapatan mereka, menolong mereka terhindar dari Gulung Tikar. Selama 30 tahun hanya Warung Ucok yang berjaya. Ditempat yang sama sekarang Ucok 3 yang beroperasi. Ucok 1 sudah memiliki Warung sendiri di pinggiran, sekitar Ciledug. Ucok 2 di sekitar Ciputat.
Pengangkutan produk impor memakan lebih banyak BBM dari pengangkutan Buah Lokal. Mengkonsumsi produk lokal berarti kita turut menghemat BBM dunia. Kita hidup di dalam satu bumi.
Jika kita mengubah nasi menjadi roti atau pasta, maka menurut seorang Ahli dibutuhkan bergenerasi bagi tubuh kita untuk mendapatkan manfaat penuh dari roti atau pasta ini. Demikian mengganti ubi-ubian menjadi nasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H