Mohon tunggu...
Robert Parlaungan Siregar
Robert Parlaungan Siregar Mohon Tunggu... lainnya -

Sekarang Pemerhati Indonesia Kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Money

Waduk Kunci Pembangunan Indonesia, Bukan untuk Diperolok-Olok

4 Agustus 2015   19:28 Diperbarui: 4 Agustus 2015   19:35 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Selama ini para elit bangsa berpura-pura tidak tahu betapa tidak terawatnya Waduk-waduk kita. Hanya satu minggu sesudah pelantikannya sebagai Presiden RI, Presiden Jokowi blusukan ke Waduk Gajak Mungkur( 29/11/2014), Wonogiri, Jawa Tengah. Kunjungan Presiden Jokowi menghentak Kemen PU dan Perumahan Rakyat, Kementan dan Kementerian LH dan Kehutanan. Dalam blusukan ini bangsa kita diberi gambaran betapa parahnya kondisi Waduk kita. Waduk kita mengalami pendangkalan, penuh dengan sedimentasi dan sampah, yang berakibat turunnya kapasitas tampung waduk. Turunnya kapasitas tampung waduk berakibat berkurangnya air pada waktu musim kemarau. Cukup air adalah persyaratan utama untuk swasembada beras dan pangan lainnya.
Presiden Jokowi meminta revitalisasi Waduk, pembenahan di bagian hilir dibarengi penghijauan di wilayah hulu karena hulu yang sehat mengurangi sedimentasi secara signifikan. Para Menteri terkait yang disebut diatas berjanji menyelesaikan masalah pendangkalan ini.

Olok-olok Kemen PU
Hanya 8 bulan sesudah teguran Presiden Jokowi, elit PU memberikan pernyataan yang terdengar/berbau olok-olok, jauh dari bersunguh-sungguh memelihara dan membenahi Waduk-waduk kita.
Pernyataan seperti:

  • Waduk Saguling 'Sekarat', Menteri PU: Kalau Tak Diotak-atik Meninggal Dunia
  • Cuma masalahnya kita terkendala lahan untuk menaruh bekas sedimentasi, kalau kita mau buang sampah, nah sampahnya ini mau ditaruh di mana, karena jumlahnya banyak. Lumpur yang mau kita keruk itu tingginya mencapai 10 meter

Air adalah berkah. Membicarakan air/waduk sepatutnya dengan penuh rasa hormat dan terima kasih. Menjaga waduk adalah pekerjaan terhormat dan mulia. Sekarat, Otak-atik dan Meninggal Dunia adalah kata-kata yang jauh dari rasa hormat. Jauh dari rasa hormat pada alam, pada bangsa Indonesia, pada petani kita.
Buang sampah, bekas sedimentasi: mau ditaruh dimana?

PU selalu bersemangat membangun Waduk baru, dimulai dari studi, usulan dan pelaksanaan. Menggali kemudian “membuang galian” adalah pekerjaan utama pada waktu pembuatan Waduk baru. Nah giliran membuang sampah akibat sedimentasi, PU ogah-ogahan. Banyaknya endapan/sampah kan tanggung jawab PU, PU yang tidak memelihara/menjaga waduk dengan sungguh-sungguh.

Pentingya Waduk bagi bangsa Indonesia
Presiden Jokowi entah berapa ratus kali meyebut kata Waduk. Waduk selalu dihubungkan oleh Presiden kita dengan Swasembada Beras.
Peran Waduk dan hilirnya ( misal irigasi) , bagi bangsa Indonesia:

  • Air bagi petani dalam jumah yang tepat. Tidak menyebabkan banjir pada waktu musim hujan, tidak kekeringan pada musim kemarau.
    Menyediakan air baku
    Pengendalian banjir
    Pembangkitan listrik
    Pengembangan pariwisata dan olahraga air
    Perikanan darat

Bayangkan betapa sedihnya, betapa sengsaranya petani yang tidak pernah menikmati manfaat dari bendungan. Nah sekarang Waduk yang ada tidak dipelihara secara bersungguh-sugguh.

Berapa banyak Waduk akan dibangun? Maka berutang
PU akan bangun 460 Waduk baru (11 Bendungan baru senilai Rp 8,2 triliun di 2015) dengan kapasitas tampung setara Waduk Jatiluhur, kapasitas 1 miliar meter kubik. Jika membangun 1 Waduk membutuhkan Rp 5 triliun sampai 6 triliun, maka berapa total biaya pembangunan 460 Waduk baru ini? 460 kali Rp 5-6 triliun = Rp ????
Menurut Bapenas pemerintah tak mungkin membangun seluruhnya dengan menggunakan APBN. Pemerintah sudah dipastikan tidak sanggup .  Maka berutang.

Biaya/beban Waduk bagi rakyat Indonesia
Menteri PU menyatakan mengatakan fokus kementeriannya adalah pembangunan Waduk/Bendungan dan perbaikan sistem irigasi. Sesuai dengan program Nawa Cita, program bendungan dan irigasi untuk ketahanan pangan.
Perlu kita pertanyaan apa yang dikorbankan rakyat untuk pembangunan Waduk? Yang pasti segala bentuk biaya dan utang , secara langsung atau tidak, akan dibebankan kepada rakyat Indonesia.
Persoalan bukan pada apakah bendungan itu perlu dibangun atau tidak, tetapi kita perlu menimbang pengorbanan rakyat yang terkena pembangunan Waduk.

Masalah sosial ekonomi masyarakat yang terkena dampak akibat penggenangan :

  • Waktu dan tenaga yang terbuang dalam proses administrasi dan verifikasi bagi orang terkena dampak pembangunan. Pembayaran yang sering bertele-bele bahkan sampai 50 tahun seperti pada Waduk Jatigede.
    Lahan relokasi yang, dianggap tidak ideal dan rentan menimbulkan masalah baru.
    Warga terdampak belum memiliki rencana hidup ke depan yang mendukung mata pencarian mereka. Sebagian besar bahkan mungkin seluruh rakyat yang terkena relokasi hanya tahu satu pencaharian, bertani di tanah mereka yang akan dibangun Waduk.
    Anak-anak juga rentan terancam putus sekolah karena minimnya akses pendidikan di lokasi baru.
    Nilai-nilai adat budaya yang selama ini dipegang teguh dan dijaga kelestariannya oleh masyarakat setempat.

Kerusakan Lingkungan. Para Ahli Lingkungan menyatakan dan mengingatkan , kerusakan berikut:

  • Kerusakan hutan, tanah, lansekap, ekosistem flora dan fauna yang hidup serta masalah sosial ekonomi masyarakat yang terkena dampak akibat penggenangan bendungan besar ini; perubahan kualitas air bendungan akibat pembusukan hutan dan vegetasi yang tergenang; perubahan transportasi sedimen sepanjang alur sungai; perubahan karakteristik banjir yang menyebabkan perubahan habitat flora dan fauna sungai; dan interupsi alur sungai yang dapat menyebabkan terjadinya kepunahan berbagai jenis ikan-ikan sungai yang bermigrasi.
    Semua masalah sosial dan kerusakan lingkungan yang disebut diatas bukanlah isu yang berarti bagi kita yang tinggal di kota maupun bagi para Elit Bangsa. Rakyat yang tanahnya kena gusurlah yang harus menanggung semua masalah sosial ekonomi maupun masalah lingkungan.

Bendungan dibangun dengan pengorbanan yang begitu besar, maka kewajiban kita menjaganya dengan seluruh tenaga dan pikiran kita
Memperbaiki dan memelihara Hulu termasuk bagian dari pemeliharaan Waduk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun