Joko Kirmanto menunjukkan kecerdasannya dengan usul di atas. Proyek dapat dilaksanakan dan semua pihak terpuaskan: Artha Graha Network,, Hatta Rajasa dan BUMN.
Proyek membangun Indonesia terasa sebagai arisan, sekaligus menunjukkan prinsip keuangan yang maha kuasa, dan bukan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat yang dianggap ukurannya tak jelas.
Proyek Jembatan Selat Sunda Sesat Pikir
Daniel Moh Rosyid, Guru Besar Riset Operasi dan Optimasi Department of Ocean Engineering, ITS Surabaya, mengatakan, pemerintah seolah tidak mampu membayangkan sebuah visi tanpa pertumbuhan ekonomi. Dan, untuk tumbuh membutuhkan investasi infrastruktur besar-besaran.
Sesat pertama, JSS dijadikan alasan bagi penggantian layanan feri penyeberangan Merak-Bakauheni yang buruk saat ini. Padahal, layanan penyeberangan yang buruk saat ini adalah akibat dari kebijakan perhubungan yang didikte oleh industri mobil dan dominasi jalan at all costs sehingga menelantarkan angkutan umum, termasuk yang berbasis rel dan penyeberangan.
Sesat kedua, JSS adalah kelanjutan dari solusi jalan dan mobil pribadi yang telah mendominasi kebijakan transportasi nasional sejak Orde Baru, terutama dengan bantuan Jepang.
Dominasi moda jalan pribadi ini telah membunuh angkutan umum moda transportasi rel dan sungai di Jawa maupun luar Jawa.
JSS ini juga akan membunuh moda feri penyeberangan seperti yang telah dilakukan oleh Jembatan Suramadu.
Pertanyaan yang sangat mengganggu
Apakah mutasi Agus Wardoyo menjadi Gubernur BI diakibatkan perbedaan tentang keikut sertaan swasta dalam proyek JSS ini?
Mudah-mudahan Chatib Basri sebagai Menteri Keuangan baru, yang tidak diberi kesempatan belajar, tetap berdiri dan bertindak sesuai dengan pendiriannya dan kepentingan bangsa Indonesia.