[caption id="attachment_325282" align="aligncenter" width="490" caption="Kompas Travel Fair"][/caption]
Iklan Kompas Travel Fair di Harian Kompas 23/9/2014.
Pariwisata merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa.
Sangat mencolok bahwa paket wisata yang ditawarkan di Travel Fair 2014 diatas hanya wisata keluar negeri.
Bukan penerimaan devisa, tetapi pengeluaran devisa.
Wonderful Indonesia ( kanan atas)
Wonderful Indonesia, tetapi yang ditawarkandalam iklan diatas hanya wisata keluar negeriyaitu Singapura, Cina, Korea, Jepang, Taiwan, Vietnam, Bangkok, West Europe, Middle East dan USA.
Bangsa Indonesia semakin kehilangan orientasi
Hosted by Kompas (di bagian bawah, tidak terbaca)
Harian Kompas aktif dalam memperkenalkan tempat wisata menarik diseluruh Indonesia. Baik yang belum dikenal maupun tempat-tempat populer.
Iklan diatas sebaliknya mengajak dan menganjurkan bangsa Indonesia untuk berwisata hanya keluar negeri.
Sukar membayangkan Kompas sebagai tuan rumah dari Travel Fair yang hanya menawarkan paket wisata keluar negeri, setidaknya dalam iklan diatas.
Ataukah Kompas dalam Travel Fair ini tidak sama dengan harian Kompas yang saya berlangganan?
Supported by Ministry of Tourism and Creative Economy Republic of Indonesia (di bagian bawah, tidak terbaca)
Timbul pertanyaan siapa/apa Ministry of Tourism bla bla bla itu? Apakah nama lain dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif?
Jika Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, mengapa menganjurkan bangsa Indonesia berwisata keluar negeri?
Pemerintahan ini banyak sekali berutang dalam US$, yang berakibat semakin melemahnya rupiah. Mengapa malah menganjurkan bangsa Indonesia berwisata ke luar negeri?
Nilai tukar rupiah
Nilai tukar rupiah hari ini 12.000 terhadap US $, bukan lagi berita. Olok-olok sering kita dengar: Rupiah tiarap terhadap dolar.
Wisata ke luar negeri berarti pengeluaran devisa, tentunya melemahkan rupiah.
Uang punya saya, suka-suka saya membelanjakannya
Bangsa Indonesia semakin kehilangan solidaritas menjaga dan mempertahankan martabat bangsa
Revolusi mental Jokowi
Mampukah Jokowi mengajak bangsa Indonesia untuk mencintai produk Indonesia, mencintai wisata dalam negeri?
Para TKI kita mendatangkan begitu banyak devisa, mampukah revolusi mental Jokowi mengajarkan bangsa Indonesia untuk berguru pada para TKI kita?
Bangsa Indonesia perlu menjauh dari pengeluaran dalam bentuk valuta asing.
Jokowi dapat menjadi panutan, karena Jokowi bukan pejabat yang senang membelanjakan dolar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H