Nilai tukar rupiah terus melemah tembus Rp 12.700, terendah sejak krisis ekonomi Agustus 1998.
Menko Perekonomian sikapi Rupiah terpuruk dengan gaya santai. Menko meneruskan gaya pemerintahan SBY, yaitu penjelasan baku bahwa bukan hanya rupiah yang terdepresiasi, tetapi depresiasi global. Pelemahan mata uang negara lain malah lebih parah.
Menko juga membumbui pernyataannya dengan “lelucon”: Dollar pulang kampung. Sukar dipercaya tetapi media menyebut Menko mengeluarkan pernyataan: Ekonomi bagus, politik aman dan presiden kita populer.
Menghubungkan pelemahan mata uang rupiah dengan presiden kita populer terasa sebagai olok-olok. Olok untuk bangsa Indonesia yang sudah begitu terhimpit oleh kesukaran ekonomi selama puluhan tahun.
Menyikapi pelemahan rupiah dengan gaya santai adalah baku pada masa pemerintahan SBY, kecuali pernyataan Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang gagah berani yaitu: Nilai tukar rupiah aman dan terbaik didunia 14/2/2013.
Pejabat(sepatutnya) memberi pernyataan dengan sikap penuh hormat pada bangsa Indonesia
Sudah waktunya petinggi bangsa Indonesia, belajar dari pejabat dari negara lain seperti Amerika Serikat atau Negara-negara Barat. Pejabat yang membuat pernyataan bersikap “sangat benar”, berpakaian resmi (pejabat Indonesia berbatik atau jas), berdiri tegak menghadap pada pendengar dan seluruh rakyat Indonesia bahkan seluruh dunia. Pernyataan tentang nilai tukar seperti yang dialami Indonesia sekarang ini adalah masalah hidup mati, jatuh bangun bagi bangsa Indonesia. Terlalu mudah dan terlalu ringan menyatakan tidak mungkin bagi Indonesia mengalami krisis ekonomi seperti pada tahun 1998.
Pernyataan pejabat tentang pelemahan rupiah harus selalu disertai tindakan koreksi untuk perbaiki kondisi ekonomi. Bukan pernyataan basa basi, tetapi kebijakan dan arahan yang berlaku seluruh bangsa Indonesia. Kebijakan dan arahan yang harus ditaati oleh seluruh pejabat pemerintah.
Pejabat keuangan negeri asing sangat bersungguh-sungguh jika membuat pernyataan sepenting ini, tidak pernah disertai lelucon, senyum pun tidak.
Pernyataan Menko tentang intervensi, peningkatan ekspor dan pengurangan impor
Menko menilai BI akan membuang devisa jika Bank Indonesia melakukan intervensi.
Dalam jangka pendek pemerintah akan melakukan upaya mengurangi defisit perdagangan, menaikkan ekspor dan mengurangi impor. Untuk jangka menengah pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan industri manufaktur.
Menko melanjutkan dengan pernyataan manufaktur kita tumbuh negatif, semua kita impor. Dengan rupiah melemah sebenarnya juga kesempatan bagi industri kita untuk meningkatkan ekspor.
Pemakaian kata sebenarnya menunjukkan pemerintahan yang lembek. Kata sebenarnya menunjukkan pemerintah tidak tahu bagaimana memanfaatkan pelemahan nilai tukar rupiah.
Tindakan pemerintah yang mana yang meningkatkan ekspor dan mengurangi impor?
Pada tulisan selanjutnya kita cermati mana kebijakan pemerintah yang meningkatkan ekspor dan mana yang mengurangi impor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H