[caption caption="Demo paska "permufakatan jahat". sumber: tribunnews.com"][/caption]
Bagi Setya Novanto (Setnov), ajang Munas Golkar nanti bisa jadi adalah palagan terakhir. Setidaknya hingga masa keanggotaan DPR berakhir.
Namun politisi memang bisa mati berkali-kali namun juga hidup berkali-kali. Dalam hal ini, Setnov adalah legenda. Niatnya maju di Munaslub Golkar 2016, meski sudah babak belur dari segi citra, menunjukkan Setnov masih punya nyali.
Palagan Munas bisa jadi menjadi pertaruhan masa depan politiknya di Golkar.
Dengan status 'tersandera' berbagai kasus hukum termasuk kasus 'Papa Minta Saham', Setnov tiada cara lain ingin tetap di lingkaran kekuasaan. Untuk itu bargaining position adalah sebuah pilihan untuk menyelamatkan masa depan.
Bagaimanapun, menjadi Ketum partai besar bisa membuatnya punya nilai tawar. Ia berharap setidaknya bisa kembali berlindung di 'ketiak penguasa' dari kejaran Kejagung dan musuh-musuh politiknya yang memang paling ambisius mencecar kasusnya.
Seandainya saja beberapa waktu lalu itu “papa” sempat membatalkan niatnya minta-minta, tentu niatnya maju jadi Ketum tak akan menemui jalan terjal. Padahal ia telah berada pada satu titik di mana puncak karir seharusnya sejengkal lagi untuk disentuh.
Tapi malang baginya, kebenaran terlalu cepat tercium. Meskipun memiliki sumber keuangan tak putus-putus, ia gagal bertahan sebagai Ketua DPR. Desakan publik untuk mengganti Setnov begitu tinggi. Manuver Golkar adalah dengan menggantikannya dengan Akom dan Setnov menjadi Ketua Fraksi Golkar di DPR RI. Publik geleng-geleng kepala.
Motiv Setnov ini sederhananya menimbulkan 3 pertanyaan mendasar. Apakah parade pertunjukan Setnov selama ini membuktikan ia politisi yang betul-betul kuat dan sakti? Jika ini benar, maka ke depannya ia bisa jadi representasi orang-orang kebal hukuman.
Atau pertanyaan kedua, apakah kengototannya untuk jadi Ketum karena ia telah melihat senjakala nasib politiknya? Bisa saja. Banyak kemungkinan yang terbayang dari pertanyaan ini.
Pertanyaan ketiganya adalah apakah majunya Setnov adalah bagian dari niatan untuk melakukan balas dendam politik untuk Akom yang sudah ‘merebut’ posisinya sebagai Ketua DPR dan saat ini disebut-sebut sebagai calon kuat Ketum Golkar?