Kalau terus ditelusuri masih ada berderet-deret kasus lainnya yang mengikutsertakan nama Setnov, namun tulisan ini bukanlah sebuah Berita Acara di Persidangan.
Yang ingin saya tekankan betul-betul adalah urgensi dalam iklim perpolitikan Indonesia secara umum. Bagaimana seorang yang punya kekuasaan seakan-akan bisa memanipulasi kebenaran dari balik layar pertunjukannya.
Apalagi jika Setnov sempat memegang kuasa penuh atas partai dengan sejarah sebesar Golkar. Bukan tidak mungkin ketika Setnov mendapatkan kekuasaan lebih, maka kekurang-ajarannya lebih hebat daripada sekedar “papa minta saham”. Bisa saja di kemudian hari muncul kejadian “papa minta pulau”, atau “papa minta istana”, sukur-sukur kalau hanya “papa minta pulsa mama”.
Bisa diprediksi, jika Setnov terus maju, maka Golkar mengalami kemunduran dengan mengabaikan banyak tanda bahaya yang terpancar dari diri Setnov. Berarti Golkar mempertaruhkan kesehatan iklim perpolitikan tanah air dan terutama sekali, kepercayaan orang banyak. Setelah semua yang ia lakukan apakah masih pantas amanah berharga yang menyangkut kepentingan orang banyak disandangkan ke bahunya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H