Mohon tunggu...
Roberth Selalu Ada Masihin
Roberth Selalu Ada Masihin Mohon Tunggu... wiraswasta -

hidup hanya sekali, dan kita semua tengah berjalan menuju mati..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membaca Jejak Hujan

11 April 2012   13:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:45 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tadi hujan datang lagi.

Jejaknya tertinggal dibatang, juga dahan.

Sore ini, ia begitu deras mencecar bumi.

Amarahnya masih tersimpan pada kubangan ..

sungguh. hatiku belum terbebas dari dekap memori

Kala hujan datang, luka itu kembali menganga.

Ada sederet kecewa mengantri, tak malu menyiksa mimpi

Dingin yang menyentuh tubuh, kini bungkam semua ceria.

Tetes-tetes air itu, harusnya mewakili hidup.

Bukan malah membawa diri ini kedalam redup.

Kristal-kristal bening itu, mustinya membuat subur.

Tidak menambah tandus jiwa yang nyaris terkubur.

Aku ingat. Senja itu, kusambung asa kepada gembira

semoga mujijat hujan sanggup membelai bunga-bunga

Namun usai hujan pergi dan aku sibuk menyambut pelangi

Kau telah menanam janji, menyuburkan cinta dilain hati..

April 2012. Usai hujan diujung aspal komplek pelni..

Roberth lhocare Masihin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun