menurut penjelasan Petugas yang kutemui, kapal dari Manado yang ditumpangi oleh Martin,sejam lagi baru akanbersandar di pelabuhan tanjung perak. Namun kesibukan di pelabuhan laut yang terletak dikota Surabaya ini, benar-benar teramat padat. Maklumlah, para calon penumpang dan juga para penjemput, telah bercampur-baur dalam menantikan kedatangan kapal.
Semilir angin meniup pelan, memainkan helai rambut Gadis disebelahku. Sepasang matanya melintasi lautan luas didepan sana, dan kulihat ada seberkas rindu tersimpan di bening kedua mata itu. Nampak seperti tak memperdulikan lalu lalang orang-orang disekitarnya, Maria terus mengamati lautan didepannya.
“ sebentar lagi ia akan datang menemuimu “ bisikku pelan ditelinganya.
“ tentunya kau sangat merindukannya, bukan,,?? “ Maria menoleh kearahku.
“ Ben,,aku…”
“ sstttt..!!! “ kutempelkan jari telunjukku dibibirnya, memberikan isyarat agar ia tak melanjutkan ucapannya. Mengerti dengan apa yang kumaksudkan, Gadis itupun mengikuti perintahku, kemudian pandangannya kembali diarahkan kepada lautan luas. Sama persis dengan apa yang dilakukannya, keresahan inipun kubuang jauh-jauh menyusuri riak-riak kecil gelombang laut. Lalu sedetik kemudian, seperti para pertapa yang tengah khusuk didalam semedinya, kami berdua saling diam dan kemudian sibuk meladeni isi pikiran masing-masing.
Entah apa yang ada dalam benak gadis disebelahku itu. Tapi saat itu, ingin rasanya aku mengiba kepada Tuhan agar kiranya sudi memutar waktu untuk kembali pada setahun yang lalu. ya, setahun lalu ditempat ini aku dan Maria melepaskan Martin pergi ke Manado.
Tiba-tiba saja pengumuman yang dibacakan melalui pengeras suara, dengan sendirinya membuyarkan lamunanku. beberapa menit lagi Kapal yang kami tunggu akan merapat di Pelabuhan. Bunyi Stom kapal mulai terdengar, dan bentuknya pun mulai kelihatan menghampiri kami. Hatiku mulai dirundung sedih, begitu pula dengan wajah cantik disampingku.
“ aku pasti akan sangat merindukanmu, ben,,?? “ ucap Maria. Kedua matanya mulai lembab.
“ boleh aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya,,?? “ pintaku padanya, dan seperti tak ingin membuang waktu yang kehadirannya semakin sempit, tanpa mau menunggu lebih lama lagi, maria langsung merapatkan tubuhnya kepadaku, lalu kedua tangannya erat sekali memeluk tubuh ini.
“ andai saja, kita yang pertama dipertemukan, ben,,!!! “ ucapnya dengan wajah sengaja ditengadahkan kepadaku, dan kedua tangannya masih melingkar erat dipinggangku. Kuhapus butir-butir air mata yang meleleh dari sepasang mata bulat miliknya.
“ ya, Tuhan,,maafkan aku karena telah mencintai Gadis yang teramat dicintai oleh sahabatku sendiri “ ucapku pelan dalam hati.
Bersamaan dengan Kapal yang bersandar di Pelabuhan, aku harus merelakan tubuh yang telah terbiasa kupeluk untuk kembali kepada Lelaki yang dulu menitipkannya kepadaku. Entah apakah hari-hari yang kulalui nanti, akan seindah seperti ketika Maria masih menjadi kekasih Gelapku. Aku sendiri tak berani menjawabnya, namun yang pasti aku akan sangat rindu untuk melumat bibirnya yang tipis, mengecup dahinya dan membelai mesra rambutnya yang panjang itu.
Dan yang jelas, aku bukan hanya akan kehilangan saat-saat indah, sepertibanyak malam yang kuhabiskan dengan mencumbuinya. Tetapi lebih dari itu, yang pasti dengan berakhirnya kisah terlarang ini, satu lagi jejak luka tertinggal dihatiku. Sebab separuh hati ini, terbawa pergi mengikuti Maria, Kekasih hati sahabatku, yang telah terlanjur aku cintai.
Mei, di ujung Aspal Komplek Pelni.
Roberth Lhocare Masihin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H