. “ kalau Jokowi maju jadi Capres, uh, yang lain pasti kebakaran jenggot, “ dengan tanpa berdosanya, seorang remaja tanggung yang biasa dipanggil Tongki, mengeluarkan Statement politiknya.
“ kebakaran jenggot. sok tau, lo..!!” Protes kiwil, sengit kepada lawan bicaranya.
“ gimana gak kebakaran jenggot, lo bayangin aja sendiri. Capres-capres lain tuh, udah jauh-jauh hari pada kebelet jadi Presiden, mana udah pada ngeluarin dana besar-besaran lagi. Udeh gitu, mana pake acara segala nyamar jadi tukang becak, kernet bus, ampe segala turun kesawah, biar dibilang merakyat. Eh, gak taunya, Jokowi maju juga jadi capres,,” jelas si tongki panjang-lebar dan berapi-api, persis gak ada bedanya dengan para pengamat politik, kalau lagi mejeng di Televisi.
“ berarti capres yang lainnya, bakalan putus dong..?? ” tanya si kiwil dengan wajah polosnya.
“ kalo masalah putus, sih, ya belum tentu juga. Tapi kalau singit, itu udah pasti “ mendengar statement penutup dari tongki, jelas saja membuat Makhluk-makhluk yang kebetulan malam itu, lagi pada nangkring diparkiran warnet, tanpa dikomando, langsung ngakak terbahak-bahak.
Begitulah obrolan anak-anak usia tanggung yang kurekam disebuah parkiran warnet di Depok, dua minggu yang lalu. Entah mereka itu melek politik atau tidak, tapi yang jelas obrolan ala warung kopi diatas tadi, menjadi satu sinyalemen positif dari antusiasnya anak-anak muda, akan pagelaran Pesta Demokrasi lima tahunan, di negeri ini.
Sekarang mari kita tinggalkan dulu obrolan warung kopi antara si Tongki dan sahabat-sahabat kentalnya itu. Bicara tentang Pemilu yang pelaksanaannya hanya tinggal dalam hitungan hari saja. Sosok Jokowi bisa dikatakan sebagai Magnet Politik dinegeri ini. Tak bisa dipungkuri lagi, sejak lelaki kurus ini memenangi pertarungan sengit pada Pilkada DKI, setahun lalu. Karir politik mantan walikota solo inipun melejit.
Kehadiran sosok jokowi dipercaturan politik nasional, setidaknya membawa perubahan di Peta Perpolitikan negeri ini. Gayanya yang sederhana, tak banyak bicara dan suka blusukan, menjadi daya tarik tersendiri bagi kebanyakan orang, tak terkecuali insan-insan pers. Hingga tak mengherankan, bila nyaris hampir setiap harinya, wajah Pria kurus ini menghiasi layar Televisi dan juga surat kabar nasional.
Tentunya, segala tindak-tanduk Jokowi dalam memimpin ibukota, yang dipenuhi setumpuk permasalahan dan menunggu untuk diselesaikan, menjadi ladang subur bagi pemberitaanmedia massa. Sadar tidak sadar, sorotan media massa dalam merekam sepak terjang Jokowi memimpin Ibukota, setidaknya melambungkan nama si kurus hingga ke pelosok Papua. Maka tak mengherankan jika figur Jokowi, tak hanya menjadi buah bibir bagi masyarakat Ibukota semata, namun Tokoh yang doyan nongkrong di Warteg inipun, menjadi Trend Topic bagi masyarakat Indonesia, pada umumnya.
Bersamaan makin dekatnya perhelatan Pemilu. Sosok Jokowi ternyata dianggap sebagai batu sandungan bagi para Tokoh Politik, yang sudah jauh-jauh hari terlanjur ngotot maju sebagai Capres. Ketidaktersediaan stok pemimpin muda dan Track Record yang tidak menunjang dari kebanyakan Tokoh-tokoh tua yang akan maju dalam pencapresan, membuat publik menginginkan adanya pilihan lain.
Sosok Jokowi yang Impresif dan menjadi Ikon baru dalam percaturan Politik nasional, serta ditunjang dengan sisa-sisa euforia kemenangan saat Pilkada DKI, setidaknya melahirkan Ekspetasi Publik terhadap pria kurus ini. Popularitas, serta berbagai hasil survey dari beberapa lembaga riset yang menjagokan Jokowi sebagai RI-1, jelas membuat Kandidat Capres lainnya seperti kebakaran jenggot. Untuk itulah dari jauh-jauh hari, si kurus telah menjadi sasaran tembak dari lawan-lawan politik PDI-P. Tidak jarang dalam berbagai kesempatan, beberapa Tokoh politik menyentilnya, agar pria kurus ini lebih fokus mengurus permasalahan Jakarta, ketimbang memikirkan maju dalam bursa Presiden.
Menengok, jika beberapa partai lain sudah dari jauh-jauh hari mendeklarasikan jagoannya untuk maju menjadi Capres. Hal tersebut tidaklah berlaku bagi PDI-P, Partai dimana Jokowi bernaung. Meski ada segelintir kabar yang menyatakan, bahwasanya si kurus akan menjadi calon kuat dari Partai pemenang pemilu 1999 ini. Namun selaku ketua umum, Megawati selalu saja menampik kabar tersebut. Sikap diam Sang Ketua umum inilah yang kerap membuahkan adanya spekulasi lain, yang mengisyaratkan jika Mega sendiri masih ingin maju menjadi RI-1. Bahkan ada pula Spekulasi yang menyatakan jika Mantan Presiden ke-4 ini, belum rela jika ada sosok baru, selain dari Dinasti Sukarno, yang menjadi kandidat Capres dari Partai yang dipimpinnya.
Tetapi belakangan hari, Spekulasi tersebut mulai berubah. Seiring kerap munculnya Mega bersama Jokowi dalam berbagai kesempatan, menimbulkan kecurigaan publik. Banyak pengamat yang melihat kemesraan Si kurus dan Putri Bung Karno tersebut, sebagai sinyalemen positif bagi pencapresan jokowi, hal inilah yang serta merta memanaskan suhu politik di negeri ini. Namun seperti biasa, Mega selalu membisu bila ditanya apakah ia akan merestui Jokowi untuk maju dalam bursa Pencapresan.
Teka-teki maju-tidaknya si Kurus semakin mencuat dalam dua hari ini. Menggandeng Jokowi dikala sowan kemakam Bung Karno, telah diartikan berbagai pihak sebagai sinyalemen dan kode politik, jika saja Megawati telah memberi restu kepada Kader partainya itu, untuk bertarung dalam perebutan kursi RI-1. Benar saja, isu tersebut langsung mendapatkan reaksi. Serangan terhadap si Gubernur kuruspun mulai bermunculan. Dari tidak konsisten memenuhi janjinya pada saat terpilih menjadi orang nomor satu di DKI, bahwa dirinya akan menuntaskan masa jabatannya selama lima tahun, hingga masalah bepergian ke makam Sang Proklamator disaat jam kerja dan tidak mengambil cuti, langsung ditujukan kepada Jokowi.
Bukanlah menjadi barang dagangan baru dalam perpolitikan ditanah air ini, bila majunya satu kandidat dalam Pilkada maupun Pilpres, akan disertai dengan Pro dan Kontra. Bahkan tak jarang kampanye hitam, menjadi serangan-serangan Politik untuk menjatuhkan Kandidat lainnya.
Terlepas dari serangan politik yang menerpanya itu. Hari ini disitus “ Rumah si Pitung “ Gubernur DKI itupun mengaku, kalau saja melalui percakapan telepon, Megawati sebagai Mandataris Partai dan pemegang Hak Preogatif, resmi menunjuk dirinya sebagai Capres dari PDI-P. Maka dengan demikian, tepat di hari Jumat ini, pukul 14;44 Pria kurus inipun dideklarasikan sebagai Capres PDI Perjuangan. Kenapa harus memilih hari Jumat untuk mengumumkan Deklarasi pencapresan Jokowi. Seorang Kader partai Banteng berseloroh, bahwa hari ini adalah hari baik, seperti waktu Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan RI dulu.
Dengan resminya Jokowi maju dalam bursa Capres, maka PDI-P dan Pria kurus ini harus siap dengan konsekuensi yang musti ditanggung. Masalah banjir dan macet Jakarta, tentunya akan menjadi amunisi andalan dalam menjegal langkah si kurus menuju RI-1. Tetapi PDI-P yang telah banyak makan asam-garam, tentunya telah memiliki peredam tersendiri dari berbagai serangan yang kelak diarahkan kepada Kader-nya ini. “ kalau Jokowi sanggup memperbaiki negeri ini, kenapa harus bertahan di Jakarta “. Dengan kata lain, “ kalau untuk kepentingan nasional, mengapa Rakyat Jakarta tak mau merelakan Gubernur kurus tersebut untuk maju menuju RI-1 “. Kita tunggu saja, akankah si Kurus melenggang mulus menuju kursi orang nomor satu di Republik ini..?? yang pasti terlepas dari pro dan kontra pencapresan Jokowi, dengan majunya si kurus, Masyarakat indonesia memiliki satu lagi pilihan, Figur calon Pemimpin Bangsa, muda dan bersahaja.
“ Bukan pengamat Politik “
Roberth lhocare Masihin.
14 maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H