Tapak kakiku tercetak ditebal debu
dada ini panas terpanggang matahari.
tubuh yang menunggu lawatan pelangi
Menyimpan dendam hingga membeku…
Aku terjajah dalam putaran hari
Diperas habis belaian janji-janji
Dipecundangi lugu nada-nada bisu
Kemana lagi melacak embun pagi pergi
Kalau memang ia tak pernah sudi menemani
kidung malam juga latah ikut bersembunyi
aku teramat lelah melempar jaring mimpi
Kini, Malaikat itu melenggang tinggalkanku
Seperti iblis ia pandai memasang perangkap
makin nyata aku dibodohi samar kicau semu
lantas terjebak, tercebur, lalu tertangkap.
Bunuh saja aku jika itu yang kau ingini
Lidah ini telah keluh untuk mengiba
Lekas tikamkan tipu-mu berkali-kali
Bungkamlah aku untuk selamanya
Tapi sebelum aku menutup cerita
Sebelum aku tiba dipintu mati
Maukah kau kabulkan satu pinta
akulah hati terakhir yang kau sakiti
Roberth lhocare Masihin..
Ujung aspal komplek pelni 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H