Aku tahu, nyalimu masih sekeras palu.
Dan ketika malam mulai membisu.
Kau berburu, buas mencari madu..
Apa kabarmu sang kepala batu.
Diramai kota kau terus membisu.
Ketakutan selalu menjadi lawan.
Oh, seberapa jauh kau menyayat trotoar.
Membekaskan luka pada lampu temaram.
Menjelajah tiap terowongan tak bertuan.
Beradu tinju diterangi cahaya rembulan.
Kawan, resah hari ini, se-gersang hari-hari lalu.
sementara jejakmu terus terendus para pemburu.
Namamu teramat mahal, cocok jadi bahan rebutan.
Nyawa Cuma satu, kapankah terlepas dari badan.
Apa kabarmu si kepala batu.
Apalagi yang musti ditaklukkan.
Panas telah lama kau kalahkan.
Dingin tak sanggup buat kau beku.
Malam ini, ada lagu sedih yang harus terhenti.
Meski diintai lawan, kau musti dapatkan sekaleng susu.
Dan ketika penghuni kota berebut mencakar mimpi-mimpi
Tangis sibuah hati, lubangi dadamu dengan tajam peluru.
Roberth lhocare Masihin.
2012. di Ujung aspal Komplek Pelni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H