Mohon tunggu...
Roberth Selalu Ada Masihin
Roberth Selalu Ada Masihin Mohon Tunggu... wiraswasta -

hidup hanya sekali, dan kita semua tengah berjalan menuju mati..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hati Terakhir yang Tersakiti

13 April 2012   05:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:40 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tapak kakiku tercetak ditebal debu

dada ini panas terpanggang matahari.

tubuh yang menunggu lawatan pelangi

Menyimpan dendam hingga membeku…

Aku terjajah dalam putaran hari

tercambuk oleh kejaran waktu

Diperas habis belaian janji-janji

Dipecundangi lugu nada-nada bisu

Kemana lagi melacak embun pagi pergi

Kalau memang ia tak pernah sudi menemani

kidung malam juga latah ikut bersembunyi

aku teramat lelah melempar jaring mimpi

Kini, Malaikat itu melenggang tinggalkanku

Seperti iblis ia pandai memasang perangkap

makin nyata aku dibodohi samar kicau semu

lantas terjebak, tercebur, lalu tertangkap.

Bunuh saja aku jika itu yang kau ingini

Lidah ini telah keluh untuk mengiba

Lekas tikamkan tipu-mu berkali-kali

Bungkamlah aku untuk selamanya

Tapi sebelum aku menutup cerita

Sebelum aku tiba dipintu mati

Maukah kau kabulkan satu pinta

akulah hati terakhir yang kau sakiti

Roberth lhocare Masihin..

Ujung aspal komplek pelni 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun