Mohon tunggu...
Robert Antonius
Robert Antonius Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer dan Videografer lepas

hobinya kerja, kerjanya jalan-jalan, menikmati Indonesia bagian dari desa saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kitab Selendang Naga Langit

22 Januari 2024   10:15 Diperbarui: 22 Januari 2024   11:19 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dokumen latih serang hindar khas Silat Perisai Diri /dokpri


"Hmm,..." Ki Demang diam sambil menatap lurus ke tengah kalangan yang sedang bertarung,

Sebagai seorang mantan pemimpin pasukan telik sandi elit Raden Wijaya -- Raja dan pendiri Kerajaan Majapahit, Ki Demang Ragasemangsang adalah sosok prajurit bangsawan pilihan yang sarat pengalaman dan penuh perhitungan dalam tindakan, jasa besar dia dalam membantu Raden Wijaya dengan menjadi penyambung dan penghubung pasukan Tartar di penghujung jatuhnya Kerajaan Singasari. Bekal pengalaman ini mengajari sekaligus membawanya melihat banyak hal mulai soal pertempuran, perebutan kekuasaan dan hingga jatuh bangunnya sebuah kerajaan. 2 murid perempuan yang sedang beradu silat memberikan sebuah ajaran untuk kesiap siagaan akan tiba pada saatnya seseorang akan terlibat dalam sebuah pertempuran. Bukan saja soal adu kepandaian sesama murid, perkelahian yang bagus meski nampak main-main tapi dilakukan dengan sungguhan, ini perlu untuk semua murid yang sedang menimba ilmu di padepokan.


Terdengar teriakan keras di tengah-tengah kalangan, semua murid2 padepokan Ki Demang sesaat terdiam, menanti jurus silat berikutnya yang bisa jadi merupakan pamungkas dari pertarungan dua murid perempuan padepokan hari itu. Utami dan Ratri berbalut peluh, dalam jarak yang cukup rapat, nampak terlihat keduanya akan melakukan gerakan pamungkas untuk menyudahi pertarungan.


Sambil menunggu keduanya menata napas, murid2 padepokan saling bertaruh, masing2 terbagi dua kelompok, antara pendukung Utami maupun Ratri. Sama-sama memasang taruhan tinggi dan yakin satu dari keduanya akan keluar sebagai pemenang.


Dari melihat sikap pasang pertarungan keduanya, para murid2 semakin riuh dengan menaikkan nilai taruhan atas keduanya. Jelas terlihat dengan penuh keyakinan dalam bersikap, Utami berdiri dan bersikap satria, nampak kokoh dengan satu tangan mengepal diangkat keatas kepala -- satu tangan lainnya sambil mengepal didepan melindungi dada. Pandangan tajam dan lurus kehadapan lawan siap menyerang - Ratri yang juga penuh percaya diri mengambil sikap putri berhias bersiap dengan gerakan pamungkas guna menyudahi pertarungan.


Posisi satria Utami menguntungkan dalam memulai serangan dengan segera melontarkan kilat tendang gejug ke kaki lawan -- segera Ratri merespon serangan dengan hempis ke kiri sambil kedua tangannya menutup bagian atas seperti gerakan memegang sepasang bunga teratai -- sambil berjaga kalau saja sapunjut satria Utami dilontarkan tiba-tiba. Melihat tendangan gejug yang dilakukan dengan deras mengenai tempat kosong, Utami lanjutkan dengan gerak daun melayang sambil tendang sabit kaki kanan, berupaya mendobrak pertahanan Ratri. Menyadari serangan kedua Utami yang dilakukan dengan kecepatan tinggi dan sepenuh kekuatan, Ratri egos ke kanan bersamaan dengan gerakan melempar harimau -- dimana tangan duanya melakukan gerak memusnahkan tendang sabit Utami menuju tempat kosong.

Gerakan serang dan hindar kedua petarung itu tentu tidak mudah diikuti oleh mata biasa, tapi hal ini justru semakin membuat gemuruh suasana di kalangan, sorak sorai bersahutan riuh rendah. Kembali lagi Utami melakukan gerak daun melayang sambil melontarkan pukulan pendeta tangan dua -- sekuat tenaga, cepat dan deras ke arah pinggang keatas dari tubuh Ratri -- kali ini nampak Utami benar-benar sangat ingin menyudahi pertarungan.


Tapi tidak dengan Ratri, meski tetap samar dalam melihat pola serangan lawan, dia masih yakin dapat meredam keganasan dan kekuatan serangan yang dilontarkan, beruntung Ratri telah menguasai teknik lompat tipuan putri dengan baik, sehingga membuat serangan pendeta tangan dua Utami sekali lagi mengenai tempat kosong.


Utami masih pada intensitas menyerang sangat tinggi, ia melihat kesempatan terakhir dari kelemahan lompat tipuan putri yang Ratri lakukan, dengan secepat mungkin ia melontarkan tendangan lurus kaki kanan ke arah lawan yang dibalas Ratri dengan melakukan gerak melingkar sambil hendak melakukan cangkolan garuda untuk menjatuhkan Utami dengan memanfaatkan tendangannya;


"Hentiii....!"


Meski tidak diucapkan cukup keras, bagi kedua petarung dan murid2 Padepokan seruan ini cukup menggetarkan rongga dada yang mendengar, kalimat yang diucapkan dengan pengerahan seperempat tenaga dalam tingkat tinggi oleh Ki Demang Ragasemmangsang ini menyudahi pertarungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun