Gambar ini mengingatkan saya pada kata-kata terkenal dalam fotografi: "A picture is worth a thousand words". Sebuah gambar sama dengan seribu kata. Atau mungkin saja bisa menjadi ribuan kata kalau kenangan kita tentang sosok yang ada dalam gambar pernah menjadi idola.
Ya, sosok dalam foto ini adalah pendeta Dr Anggapen Ginting Suka, pernah menjadi idola saya, dan saya percaya bahwa dia tentu saja menjadi kekaguman banyak orang mengingat apa-apa saja yang sudah dia lakukan sebagai garam dan terang dalam kehidupan ini, khususnya bagi gereja kita tersayang, GBKP.
Lihat saja foto itu, dalam masa usia senja (lahir di Deli Tua, 21 Mei 1932), dia masih saja tekun membaca. Menurut dokter Sri Diana Ginting Suka (anak ketiga dari empat bersaudara), kalau AGS berkunjung ke tempat kediaman puterinya itu ke Jakarta, maka ruang ini adalah tempat kesukaannya. Di sini dia selalu membaca. Waktu baginya benar-benar merupakan suatu berkat berharga dari Tuhan yang tak disia-siakan.
Sepintas saya teringat sebelum saya bawa ceramah saat memperingati 500 tahun Calvinisme pada 2010 di Sentrum GBKP, Kabanjahe, AGS memberikan komentar kritis terhadap tulisan saya yang dimuat dalam harian Sinar Indonesia Baru bertajuk Denominasi-denominasi Gereja, Kutuk atau Berkat? Dia menyampaikan kata-katanya dengan santun dan rendah hati. Saya tidak menyangka, dalam usianya yang sudah lanjut ternyata dia masih semangat mengikuti pemikiran-pemikiran orang muda tentang gereja.
Saya begitu semakin hormat padanya. Saya pikir, sosok yang bicara di hadapan saya adalah bukan orang sembarangan. Kita lihat saja sepintas biodatanya, antara lain: Ketua Moderamen GBKP (1966-1989); Ketua Umum DGI Wilayah Sumatera (1965-1973), Ketua Umum DGI Wilayah Sumatera-Aceh (1977-1981); salah seorang pendiri dan Ketua Pertama Yayasan Pendidikan Pekerja Gereja, yang merupakan cikal bakal Yayasan Abdi yang sekarang mengasuh sekolah teologia, STT Abdi Sabda, Medan; Rektor STT Abdi Sabda (1996-1998).
Dari berbagai sumber, khususnya dari putera sulungnya, Pertua Kolonel Dr Alexander K Ginting Suka yang pada saat ini sebagai Ketua Runggun GBKP Depok Lenteng Agung (2014 - 2019) mengatakan bahwa pelayanan AGS diawali dengan prakarsa membuat kebaktian minggu orang Karo di Jakarta sewaktu dia masih mahasiswa STT Jakarta (lihat buku Jubileum GBKP Sumur Batu Jakarta/ Klasis Jawa).
AGS juga aktif berperan pada periode pertumbuhan gereja di era Demokrasi Terpimpin /Orde Lama dan masuk ke era Orde Baru (lihat buku Frank L Cooley pada serie Benih Yang Tumbuh). Pada masa krisis tersebut, terasa sekali dampak penumpasan secara masif terhadap mereka yang dituduh G30S PKI.
Pertumbuhan GBKP pada masa Orde Baru dengan politik mayoritas tunggal di mana Pekabaran Injil dan semangat pembangunan gereja-gereja berlangsung dibentuk tenaga detaser, Parpem, dan relasi gereja dan masyarakat diimplementasikan.
Peranan AGS, seperti disebut dalam majalah teologia GBKP, Beras Piher, menyangkut program PPWG (Pusat Pembinaan Warga Gereja), PRT (Perkunjungan Rumah Tangga), pelayanan pekan-pekan dalam rangka konsolidasi jemaat dan pembinaan spiritual jemaat khususnya untuk jemaat pedesaan dan daerah setengah kota. Disebut juga, peranannya tentang penganugerahan gelar Pertua Diaken Emeritus di GBKP agar gereja melahirkan tokoh-tokoh informal gereja dan masyarakat agar secara perlahan identitas masyarakat Karo yang Kristiani dan Orang Kristen Karo menjadi sinergi dalam rangka menyampaikan Kabar Baik di masyarakat Karo.
Selanjutnya, untuk membangun jemaat yang misioner yang sejalan dengan Pancasila sebagai satu satunya azas dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, maka dibentuk program parpem, panti asuhan Gelora Kasih, YKPC (Yayasan Kesejahteraan Penyandang Cacat), percetakan Abdi Karya, dan STT Abdi Sabda.