Mohon tunggu...
Robert Strong
Robert Strong Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Westeros

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi; Billy Khaerudin; dan Kompas

21 April 2014   16:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:24 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Barusan saya tertawa terbahak-bahak membaca kultwit sarkastik dari Billy Khaerudin, wartawan Kompas yang menggunakan akun bernama @Billykompas, intinya dia protes dan ngomel tentang beberapa hal dan salah satunya menyinggung tentang Jokowi. Topik bahasan Billy antara lain: 1. Jangan serang orang lain didanai cukong bila sendirinya dekat dengan cukong; 2. Jangan serang partai lain sebagai partai korup bila partainya korup; 3. harusnya menyerang program si kandidat atau prestasi kandidat ketika berkuasa; 4. jangan nuduh Kompas mendukung Jokowi dan PDIP sebab berita di Kompas berimbang dan di Rapat Redaksi tidak pernah ada pembahasan khusus untuk membela Jokowi; 5. Jangan mudah nuduh jurnalis sedang menciptakan opini menyudutkan pihak tertentu, misalnya hanya karena gathering dengan pihak KPK dituduh sedang koordinasi mendiskriditkan partai tertentu.
Bisa dibilang ini adalah semacam "hak jawab" Billy sebagai wartawan Kompas menanggapi beberapa rumor yang menganggunya. Salut! Sebab jarang sekali wartawan lain yang mau meluangkan waktu memberikan Hak Jawab semacam ini, sebab kebanyakan dari mereka memiliki semacam arogansi bahwa mereka punya hak sepenuhnya melakukan pembingkaian berita tanpa bisa diintervensi. Wartawan seperti Billy-lah menyebabkan Kompas merupakan koran terbaik sampai saat ini.
Kendati demikian, saya mencermati ada hal yang menarik perhatian dalam kultwit tersebut, yaitu selain melakukan protes karena Kompas dituding melakukan pembingkaian berita sesuai pesanan, juga dia melakukan pembelaan karena Jokowi dituduh boneka cukong dan PDIP dituduh sebagai partai korup. Billy membela Kompas tentu wajar, karena kesetiaan pada korps, namun Billy membela Jokowi dan PDIP tentu saja aneh.
Ini dapat dijelaskan dengan bahwa Billy Khaerudin juga memiliki simpati kepada Jokowi dan mungkin dalam derajat tertentu kepada PDIP sebagai pengusung Jokowi. Wajar saja sebenarnya, tapi menimbulkan pertanyaan, berapa banyak jurnalis yang memiliki simpati kepada Jokowi? dari sekian banyak jurnalis tersebut berapa banyak yang secara langsung maupun tidak langsung memanfaatkan posisinya di media massa untuk menciptakan pembingkaian yang menguntungkan Jokowi dan menyudutkan lawan Jokowi?
Tempo, Detik, Tribunnews (bagian dari Kompas); Merdeka; dan the Jakarta Post sudah jelas merupakan garda terdepan untuk membela Jokowi dan menghajar lawan Jokowi yang menghalangi kenaikannya menjadi presiden, lantas bagaimana dengan wartawan lain? Sudah bukan rahasia bahwa semua wartawan pasti melakukan pembingkaian (framing), baik yang dimotivasi oleh politik maupun uang (jale-jale). Oleh karena itu para pembaca berita harus berhati-hati supaya tidak terjebak oleh framing yang dilakukan oleh wartawan pro Jokowi yang tidak bertanggung jawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun