Mohon tunggu...
Robert T. Haryono
Robert T. Haryono Mohon Tunggu... -

Pengamat yang tersirat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kisah Buram Iraq : Dari Sepeninggal Muhammad sampai dengan ISIS (Bagian I)

15 November 2015   03:52 Diperbarui: 15 November 2015   08:21 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1000 tahun setelahnya, dinasti muslim Abbasid membangun baghdad di tempat yang sama untuk menjadi ibu kota muslim saat itu. Dan sampai 500 tahun sejak itu (sampai saat suku Mongol menggulung mereka), Baghdad menjadi kota terbesar, pusat studi dan perdagangan dunia. Mungkin saat itu tidak ada kota lain di bumi yang sekaya Iraq.

****

Mari kita maju ke abad 20.
Negara IRAQ, sebenarnya dibentuk oleh dua orang yang saat itu sedang memegang pensil dan penggaris.

Di awal abad ke-20, tanah Iraq adalah tanah kekuasaan Kekaisaran Ottoman Turki hampir 400 tahun. Ada beberapa etnis dan kelompok agama berada di Iraq. mereka semua merdeka dan saling terpisah satu sama lain. Namun saat Jerman mengalahkan Perancis, Inggris dan Rusia di Perang Dunia I, Kekaisaran Ottoman dianggap sebagai sekutu Jerman. Saat Jerman kalah perang, otomatis Kekaisaran Ottoman juga harus menyerahkan jajahannya kepada pihak pemenang perang.

Usai perang, dua orang, satu bernama Mark Sykes orang Inggris, satu lagi bernama Francois Georges-Picot, orang Perancis, sama-sama membawa pensil, penggaris dan sebotol whiskey. Mereka mengambil peta, menggarisi peta kekaisaran Ottoman, membagi mana yang jadi miliknya Inggris, mana yang jadi miliknya Perancis dan mana yang jadi miliknya Rusia.

Tidak peduli dengan adanya etnis-etnis dan kelompok-kelompok agama yang sudah mempunyai perbatasan sendiri sejak berabad-abad yang lalu, George-Picot dengan komentarnya yang terkenal, "Terserah, sembarang lah...." sambil memegang pensil, dan Sykes juga ikut-ikutan, "Bagaimana kalau aku membuat garis penghubung antara huruf e di Acre dan k di Kirkuk." (Acre : kota di Israel saat ini, dan Kirkuk, kota di Iraq). Hasilnya adalah :


Jika anda membuat perbatasan negara menggunakan peta, pensil dan penggaris, itu adalah cara yang sangat ngawur untuk membuat perbatasan.
Jika anda perhatikan perbatasan negara lain didunia, umumnya perbatasan itu dibentuk dari pemisahan jenis etnisnya, agama, atau batas alam seperti sungai, gunung, atau batas alam lainnya. Namun bentuknya berlikuk likk dan nggak indah.

Kedua orang itu mungkin beranggapan dengan memakai peggaris, maka akan nampak rapi, lurus dan simpel. Enak bagi yang menjajah, gak enak bagi yang dijajah. Jika perbatasan digambar dengan cara itu akibatnya adalah :
1. Satu kelompok etnis atau agama akan terpisah dalam berbagai negara.
2. Dua atau lebih kelompok etnis atau agama yang bermusuhan akan berada dalam satu negara yang sama. Yang dapat mengakibatkan perseteruan, penggulingan kekuasaan, pemberontakan dan kekerasan sektarian.

Bagaimana, kacau kan?

Namun bagi kedua orang tadi, hal itu lewat begitu saja, bukan jadi persoalan. Atau karena pengaruh alkohol mereka lupa akan pertimbangan tersebut.

Jadi sejak Sykes dan George-Picot menggambar peta bagai sambil bawa Whiskey, dalam beberapa tahun kemudian, muncullah negara bernama "Iraq", "Turki", "Siria", "Jordania", "Lebanon" dan "Kuwait".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun