Mohon tunggu...
Robert T. Haryono
Robert T. Haryono Mohon Tunggu... -

Pengamat yang tersirat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Neraka Kamboja, Buku Lama Ini Membuat Aku Kembali Shock

16 Desember 2012   00:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:35 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari disaat saya masih duduk di bangku SMA, sekitar tahun 1993an, ayah saya yang seorang Guru SMU membawakan buku bacaan yang beliau pinjam dari Perpustakaan sekolahnya. Beliau tahu akan kesukaan saya yakni mempunyai hobi membaca. Sejak SD saya selalu dipinjamkan buku bacaan, seperti Lima Sekawan, Buku seri Pilih sendiri petualanganmu dsb. Seiring dengan makin hausnya aku akan bacaan, akhirnya ayahku menyewakan pula buku-buku novel seperti buku misteri Agatha Christie, dan buku-buku karya Shidney Sheldon. Tidak lupa pula juga aku menyewa sendiri di rental buku yakni cerita silat karya Asmaraman S. Khoo Ping Hoo sampai berjilid-jilid.

Kembali ke awal cerita. Buku yang dibawakan oleh ayahku yakni buku berjudul NERAKA KAMBOJA yang terdiri dari 3 buah buku. Melihat penampilan covernya saja dengan warna merah dengan gambar ilustrasi seorang pria yang terduduk dan tangannya diikat kebelakang, sudah menimbulkan perasaan seram.

Singkat cerita, setelah beberapa hari membaca buku itu, secara perasaan aku cukup shock dan terguncang akan kisah nyata dibalik buku itu. Cerita itu cukup lekat menempel di pikiranku sampai-sampai tidurpun sampai membayangkan terus cerita di buku itu. Hal ini cukup wajar mengingat usiaku yang saat itu masih SMU, yang relatif masih cukup muda untuk membaca realita kejam di luar sana.

Samapi suatu saat di saat ini, tahun 2012, aku tiba-tiba teringat kembali akan buku Neraka Kamboja yang sekitar 20 tahun yang lalu pernah kubaca. Bahkan setelah 20 tahun itu, masih saja aku cukup ingat akan ceritanya.

Aku ingin membaca kembali. Namun apa daya, aku sekarang sudah bekerja di sebuah perusahaan yang menempatkanku jauh dikota kecil di luar pulau Jawa. Bahkan pihak penerbitpun yakni Gramedia saat ini sudah tidak mencetak lagi. Untuk mencari buku itu pasti tidak ada di kota tempat tinggalku saat ini. Aku mencoba mencari secara online, ternyata ada secercah harapan, yakni ada 2-3 orang yang menjual buku bekasnya secara online. Namun sayang, ada yang sudah stok kosong, atau ada yang hanya menjual 1 buku saja, tidak lengkap 3 buku.

Setelah beberapa kali browsing dalam beberapa hari, akhirnya aku menemukan buku NERAKA KAMBOJA yang dijual bekas secara online. Harganya jauh sangat murah. Aku mendapatkannya lengkap 3 buah dengan kondisi cukup baik. Dan setelah kudapatkan, kubaca kembali buku yang sangat bagus ceritanya ini.......

Dan perasaan seram dan shock itu kembali muncul. Kisah nyata yang sangat mengguncang perasaan. Kisah tragis dan seorang manusia yang mengalami salah satu masa kelam dalam sejarah kemanusiaan.

Inilah sekilas atau sinopsis dari ketiga buku itu :

Buku I : Awal Mula

Dalam perjalanan hidupku selama ini, aku pernah menjadi macam-macam : pedagang keliling, yang dengan kaki telanjang menelusuri jalan-jalan setapak dalam rimba; dokter yang pergi ke tempat prakteknya dengan mengendarai Mercedes mengkilat; dan selama beberapa tahun belakangan. aktor film Hollywood - suatu hal yang tak terbayangkan sebelumnya oleh banyak orang, apalagi olehku sendiri. Namun, tidak ada yang lebih banyak berperan menentukan bentuk hidupku daripada keberhasilanku bertahan hidup di bawah rezim Pol Pot. Aku seorang manusia yang lolos dari Neraka Kamboja. Itulah aku, pada hakikatnya.

Bermula dari kudeta terhadap Pangeran Norodom Sihanouk yang dilancarkan oleh Pangeran Sisowath Sirik Matak dan Jenderal Lon Nol di bulan Maret 1970, dengan tepat Negeri Kamboja yang semula dijuluki "Pulau Damai" di tengah kancah perang Vietnam segera terseret ke dalam arus pergolakan di kawasan itu. Lima tahun kemudian, tepatnya tanggal 17 April 1975, Phnom Penh jatuh ke tangan gerilyawan komunis Khmer Merah.

Buku II : Siksa dan Derita

Dengan jaluhnya Phnom Penh ke tangan gerilyawan komunis Khmer Merah, ambruklah seluruh sendi kehidupan bangsa Kamboja. Tatanan masyarakat dijungkir balikkan, egoisme meraja-Iela, kaum terpelajar dibantai, dan rakyat dipaksa hidup di kamp-kamp kerja paksa. Negeri Kamboja dikuasai oleh serdadu,serdadu Khmer Merah yang berumur belasan, yang tidak berpendidikan, berpenampilan kumal dan masa bodoh. tapi... kekejamannya tak terjangkau akal sehal.

Tiga kali Haing Ngor dipenjarakan. Tiap kali ia menyaksikan dan mengalami sendirl siksaan yang luar biasa kejam dan biadab: jari tangan ditetak dengan parang. disalib di atas sekam yang dibiarkan membara berhari-hari, kepala dijepit dengan tang berpaku. dan ... tetes-teles air dibiarkan mengetok dahinya, diatur sedemiklan sehingga tekanannya lambat-laun akan mampu melubangi batu karang.

Buku III : Penyelamatan

Masa-masa "bahagia" selelah lolos dari penjara Khmer Merah untuk yang keliga kalinya. hanya berlangsung singkat. Huoy, istri Haing Ngor, meninggal saat hendak melahirkan - bayinya yang prematur tak bisa keluar karena dia tak punya tenaga untuk mengejan. Tubuhnya begitu lemah, akibat malnutrisi dan penderitaan hidup di bawah rezim Khmer Merah.

Haing Ngor didera rasa bersalah yang berkepanjangan. la seorang dokter ahli kandungan. Tapi tak mampu menyelamatkan istrinya sendiri. Tak ada alat, tak ada abat-obatan. dan terutama - tak ada cukup kenekatan dan keberanian unluk mengambil tindakan darurat. Huoy meninggal pada langgal 2 Juni 1978.

Tak sampai setahun kemudian, tepatnya tanggat 17 April 1979, pasukan Vietnam Utara yang menyerbu Kamboja membebaskan rakyat dari cengkeraman rezim Khmer Merah. Empat tahun setelah Phnom Penh jatuh dan hampir separuh penduduk Kamboja mati terbunuh di ladang-ladang pembantaian.

Untuk membaca cerita lengkapnya, boleh membuka blog saya di wetgreenmind.blogspot.com.

Saya mencoba menyajikan kembali buku ini dalam bentuk blog hanya karena aku ingin membagi perasaan dan menyajikan kembali fakta2 kelam dalam sejarah kemanusiaan yang pernah terjadi di dekat kita, di Asia Tenggara, oleh bangsa kita pula, bangsa Asia Tenggara, tempat kita berada.

Buku ini bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk belajar dari pengalaman. Akan sangat rugi bila tidak banyak yang tahu akan cerita dibuku ini. Namun akan sangat membantu dan berguna apabila buku ini dapat dibaca oleh lebih banyak orang sebagai pelajaran bagi kita semua. Itulah alasan aku mencoba menulis kembali bab-per-babnya dalam blog.Tidak ada motivasi komersial didalamnya.

Akhir kata, selamat membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun