Malang, 20 September 2024 -- Universitas Negeri Malang (UM) bekerja sama dengan Kelompok Ternak Sumber Mendho Nusantara mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan mendiseminasikan mesin feed grinder dan melatih teknik pembuatan silase dari limbah pertanian. Program ini bertujuan membantu peternak domba di Desa Sumberpucung, Kabupaten Malang, dalam mengatasi masalah pakan ternak yang selama ini menjadi beban ekonomi mereka.
Kecamatan Sumberpucung, sebagai salah satu penghasil pertanian utama di Kabupaten Malang, menghasilkan banyak limbah pertanian seperti tongkol jagung dan singkong. Namun, limbah ini sering kali hanya dibuang atau dibakar, tanpa dimanfaatkan dengan baik. Di sisi lain, para peternak domba di Sumberpucung bergantung pada pakan hijau dan pakan komersial yang harganya semakin mahal. Hal ini meningkatkan biaya operasional peternak dan mengurangi keuntungan mereka.
Dr. Hj. Widiyanti, M.Pd., ketua pelaksana kegiatan pengabdian ini, menjelaskan bahwa teknologi feed grinder yang diperkenalkan dalam program ini dirancang khusus untuk mengolah limbah pertanian menjadi pakan ternak yang lebih murah dan berkualitas. "Dengan mesin ini, limbah yang selama ini tidak dimanfaatkan dapat diolah menjadi pelet pakan ternak yang bernutrisi tinggi. Hal ini membantu peternak menghemat biaya dan sekaligus memberikan solusi ramah lingkungan bagi limbah pertanian," ujarnya.
Widiyanti juga menambahkan, bahwa kegiatan ini tidak hanya memberikan mesin, tetapi juga memberikan pelatihan pembuatan silase kepada peternak. Silase merupakan metode penyimpanan pakan hijau dengan cara fermentasi, yang dapat memperpanjang umur simpan hingga enam bulan tanpa kehilangan nutrisi. Ini sangat bermanfaat bagi peternak, terutama selama musim kemarau ketika ketersediaan pakan hijau menurun. "Dengan metode ini, peternak bisa menyimpan pakan lebih lama dan tidak perlu khawatir saat rumput sulit didapatkan," lanjutnya.
Aris Muhammad Syaiful, ketua Kelompok Ternak Sumber Mendho Nusantara yang menjadi mitra program, menyampaikan antusiasmenya terhadap program ini. Menurutnya, selama ini kelompoknya mengandalkan rumput hijau yang harus mereka cari setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pakan domba. Dengan adanya mesin feed grinder dan pelatihan pembuatan silase, mereka kini memiliki alternatif pakan yang lebih efisien. "Kami sangat terbantu. Selama ini pakan hijau adalah yang utama, tetapi rumput tidak selalu tersedia dalam jumlah cukup, terutama di musim kemarau. Program ini sangat membantu kami mengatasi masalah tersebut," ujar Aris.
Sebelum program ini berjalan, para peternak mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk membeli pakan tambahan komersial. Pakan seperti konsentrat atau bekatul sering kali mencapai harga Rp3.000 hingga Rp4.000 per kilogram, yang dianggap memberatkan bagi peternak kecil. "Harga pakan komersial yang semakin tinggi tentu menjadi beban besar bagi kami. Dengan adanya teknologi ini, kami bisa memproduksi pakan sendiri dari limbah pertanian yang banyak tersedia di sekitar," tambah Aris.
Program pengabdian ini diharapkan bisa menjadi solusi jangka panjang bagi peternak domba di Sumberpucung. Dengan adanya teknologi tepat guna, para peternak tidak hanya mampu memproduksi pakan yang berkualitas, tetapi juga membuka peluang usaha baru di bidang pakan ternak. "Kami melihat peluang bagi para peternak untuk mengembangkan usaha produksi pakan berbasis limbah. Ini bisa menjadi sumber pendapatan tambahan dan membantu mengurangi ketergantungan pada pakan komersial," jelas Widiyanti.
Selain itu, program ini juga sejalan dengan upaya UM dalam mendukung Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, khususnya terkait dengan pengabdian kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. Melalui program ini, dosen dan mahasiswa UM terlibat langsung dalam kegiatan di lapangan, memberikan pengalaman praktis dan penerapan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dengan teknologi feed grinder dan pelatihan pembuatan silase, diharapkan peternak di Sumberpucung dapat lebih mandiri dalam penyediaan pakan ternak, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Program ini juga diharapkan dapat terus berkembang dan diterapkan di wilayah lain yang memiliki potensi limbah pertanian serupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H