Mohon tunggu...
Robby Wijaya
Robby Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Content Writter

berani, percaya diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dosen Tata Boga UM Kembangkan Pisang Candi dan Rojomolo Menjadi Tiwul Instan Solusi atasi Krisis Pangan

10 September 2024   10:06 Diperbarui: 10 September 2024   10:11 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TIwul Instan Dalam Proses Pengeringan/dokpri

Malang -- Tim peneliti dari Universitas Negeri Malang (UM) yang dipimpin oleh Dra. Wiwik Wahyuni, M.Pd, dosen Tata Boga, tengah mengembangkan alternatif makanan pokok berbahan dasar pisang. Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan Pisang Candi dan Rojomolo sebagai substitusi nasi guna mendukung strategi ketahanan pangan nasional dan menghadapi potensi krisis pangan global.

Dalam penelitian ini, Wiwik Wahyuni dan timnya berupaya mencari solusi atas ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap nasi. "Hampir 97% masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok utama. Ini menunjukkan tingkat ketergantungan yang sangat tinggi terhadap beras, dan hal ini tentu menjadi risiko besar jika terjadi kekurangan pasokan beras, baik karena perubahan iklim, krisis global, atau masalah lainnya," kata Wiwik Wahyuni.

Data menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi beras penduduk Indonesia mencapai 139,15 kilogram per kapita per tahun, jauh di atas standar konsumsi yang direkomendasikan oleh FAO, yaitu 60-65 kilogram per kapita. Sementara itu, produksi beras dalam negeri hanya mampu memenuhi sebagian dari kebutuhan nasional, yang mengakibatkan perlunya impor beras setiap tahun.

Menghadapi tantangan ini, penelitian yang dilakukan oleh Wiwik Wahyuni bertujuan untuk mengeksplorasi potensi pisang, khususnya varietas Pisang Candi dan Rojomolo, sebagai alternatif sumber pangan pokok. "Pisang adalah salah satu komoditas buah yang melimpah di Indonesia. Kita adalah salah satu produsen pisang terbesar di dunia, dan pisang memiliki kandungan pati yang tinggi, yang memungkinkan penggunaannya sebagai bahan substitusi nasi," jelas Wiwik.

Penelitian ini melibatkan berbagai uji laboratorium untuk menguji kandungan kimia dan fisik dari nasi yang disubstitusi dengan tiwul pisang. Tiwul adalah makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari singkong, dan dalam penelitian ini, pisang digunakan sebagai bahan baku utama tiwul yang dicampur dengan nasi. Tim peneliti menguji beberapa komposisi rasio tiwul pisang dengan nasi, yaitu 30%:70%, 50%:50%, dan 70%:30%.

Hasil awal penelitian menunjukkan bahwa campuran nasi dan tiwul pisang ini memiliki kandungan gizi yang cukup menjanjikan. "Kami menemukan bahwa kandungan protein meningkat pada campuran dengan lebih banyak tiwul pisang. Misalnya, pada campuran dengan 70% tiwul pisang, kandungan protein mencapai 2,34%, dibandingkan dengan 1,89% pada campuran dengan 30% tiwul pisang," ujar Wiwik Wahyuni.

Selain itu, uji indeks glikemik juga menunjukkan bahwa tiwul pisang memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan nasi putih biasa. Hal ini sangat penting bagi kesehatan masyarakat, terutama dalam mencegah penyakit kronis seperti diabetes. "Dengan indeks glikemik yang lebih rendah, nasi yang dicampur dengan tiwul pisang bisa menjadi alternatif yang lebih sehat bagi masyarakat," tambah Wiwik.

Penelitian ini juga menyoroti potensi besar dari pisang sebagai sumber pangan lokal yang berkelanjutan. Dalam situasi krisis global, ketergantungan pada satu jenis bahan pangan, seperti beras, bisa menjadi ancaman serius. Pisang, yang melimpah di berbagai daerah di Indonesia, bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan tersebut. "Pisang Candi dan Rojomolo, yang banyak ditemukan di wilayah Malang, memiliki kandungan pati yang cukup tinggi untuk diolah menjadi makanan pokok alternatif. Ini bisa menjadi solusi lokal yang efektif," ungkap Wiwik.

Wiwik dan tim penelitinya juga merencanakan uji coba terhadap daya terima masyarakat terhadap nasi yang disubstitusi dengan tiwul pisang. Jika hasil uji terima masyarakat positif, langkah selanjutnya adalah mendorong produksi massal tiwul pisang sebagai alternatif nasi. Selain itu, tim peneliti juga berencana untuk mematenkan formulasi dan teknologi pengolahan tiwul pisang ini.

Wiwik berharap hasil penelitian ini dapat menjadi langkah awal untuk diversifikasi pangan di Indonesia. "Kami berharap masyarakat dapat lebih terbuka terhadap alternatif pangan lokal seperti pisang. Jika kita bisa mengurangi konsumsi beras dan menggantinya dengan produk pangan lokal yang sehat dan berkelanjutan, ini akan sangat membantu dalam menjaga ketahanan pangan nasional, terutama di tengah ancaman krisis global," pungkasnya.

Penelitian ini bukan hanya memberikan solusi jangka pendek terhadap krisis pangan, tetapi juga menawarkan peluang besar untuk memanfaatkan sumber daya lokal yang selama ini mungkin belum dimaksimalkan. Dengan potensi besar yang dimiliki pisang Candi dan Rojomolo, Indonesia dapat mengambil langkah maju dalam menghadapi tantangan pangan di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun