Mohon tunggu...
robby simamora
robby simamora Mohon Tunggu... -

membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keledai

27 Juli 2012   08:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:33 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bu, tolong tebang tebu-tebunya karena kena ke jemuran kami!”

“Oh, ya!”

Tanpa basa-basi adikku langsung mengiayakan perintah ibu untuk menyuruh tetangga di belakang rumah agar menebang pohon-pohon tebunya yang mengenai jemuran kami. Saranku: jangan ditebang, cukup dipangkas saja daun-daunnya yang mengenai jemuran. Aku selalu ingat seorang nenek yang tegas soal pemeliharaan dan penjagaan pohoh-pohon dan segala jenis tanaman yang tumbuh di sekitar kita. “Siapa lagi yang menjaga pohon-pohon di saat kota semakin gersang? Hanya kita dan pekarangan rumah kita!”, tegas nenek.

Tapi begitulah, aku terlalu lamban mengambil sikap! Terdengar sekali, dua kali, bahkan tiga kali suara tebasan golok. Beberapa pohon tebu telah menemui ajalnya! Aku hanya meratap dalam hati. Seandainya sesaat setelah adikku menyampaikan “perintahnya” kepada tetangga, aku langsung menemui tetangga itu untuk meminta izin memangkas daun tebunya, tentu tebu-tebu itu tidak harus meregang nyawa. Dan rumah mungil oksigen segar terselamatkan. Tapi lagi-lagi, koreksi diri selalu datang terlambat. Aku merasa lebih parah dari keledai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun