Mohon tunggu...
Robby Lasut
Robby Lasut Mohon Tunggu... -

a holder of Certified Management Accountant (CMA) from IPMI Business School (2013), Registered Accountant (Ak) from PPAK University of Indonesia (2004), S-1 (University Degree) from Universitas Persada Indonesia (2002).

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ibu Susi Pudjiastuti dan Industri Rokok; Berkembang (Lagi) ?

28 Oktober 2014   18:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:26 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum berakhir bulan (Oktober ini) dimana kita mendengar berita mengenai pensiun dini / PHK 2.000 karyawan salah satu industri rokok terbesar di Indonesia (sumber berita : tempo.co, Kamis 9 Oktober 2014 "Krisis, Gudang Garam PHK 2.000 Karyawan).

Dan beberapa hari yang lalu, tepatnya Minggu, 26 Oktober 2014, Bapak Presiden Joko Widodo mengangkat salah seorang wanita yang sukses dalam mengelola bisnisnya, Susi Pudjiastuti menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Beliau diharapkan menjadi tokoh utama bagi program Kabinet Kerja Bapak Joko Widodo yang akan mengedepankan industri maritim nasional.

Tidak bisa dipungkiri kesuksesan Ibu Susi Pudjiastuti dalam mengelola bisnis aviasi yaitu dengan Susi Air dan dimulai dengan sebuah pesawat Cessna (pesawat capung)  terus berkembang dan bertambah jumlah asset pesawatnya.

Yang menarik adalah, ulasan banyak media yang "melabelkan" beliau sebagai "tidak lulus SMA, bertatto, suami bule dan perokok". Saya hanya akan beropini untuk "label terakhir".

Sebagai salah seorang yang masih berusaha untuk berhenti merokok, saya sangat amat mendukung apabila hal tersebut bisa segera dilakukan oleh Ibu Susi. Saya membayangkan beliau akan cukup tersiksa ketika harus mencari "smoking area" di seputaran Istana pada saat harus menghadiri rapat disana. Atau mungkin disediakan "Ruang Merokok" di Istana? Sangat aneh dan naif, karena pada saat ini hampir seluruh tempat-tempat publik sudah tidak menyediakannya dan perokok menjadi "orang pinggiran" karena benar-benar harus cari ruang terbuka di pojokan :)

Bagi seorang perokok, tidak membawa korek api saja saat bepergian, sudah seperti kehilangan emas sepuluh kilogram :) , handphone lebih sering tertinggal  dibanding rokok dan partner setianya, si korek api dan  rokok menjadi teman setia saat menyetir sendirian dan menghilangkan kantuk. Tapi, pasti bahwa merokok memang membahayakan kesehatan, bukan hanya perokok aktif, tapi juga kerabat sekitar (pasif, dan katanya lebih berbahaya buat mereka).

Dilema juga ya buat pemerintah, atau tidak jelas arahannya, dimana saat gencar gerakan untuk berhenti merokok dan bahayanya, yang dicanangkan pemerintah, eh ada Menteri yang merokok justru saat seluruh stasiun televisi baik domestik atau luar negeri sedang meliput moment penting pengumuman struktur Kabinet Kerja. Kemenangan bagi industri rokok tanah air ??

Kalo sudah begitu, (mungkin) industri rokok di Indonesia akan kembali bergerak naik "grafik" jumlah produksinya, dan yg di PHK bisa kembali direkrut , karena kalau tidak, Ibu Susi akan import rokok kesukaannya... :)

Dan tentang tatto di kaki, itu pilihan Ibu dan tidak mengganggu orang lain seperti asap rokok, kalo saya tidak ingin di tatto, bakal jelek hasilnya karena kulit putih, body tidak sixpack dan katanya tidak boleh menyiksa diri sendiri, Bu :p

By the way, Selamat ya Bu Susi, Selamat Bekerja untuk NKRI, mari kita, saya dan Ibu sama-sama berusaha keras berhenti merokok karena kita sama-sama tersiksa apabila sudah berada di tempat umum :)

Wassalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun