Mohon tunggu...
Robby Doel Johan
Robby Doel Johan Mohon Tunggu... wiraswasta -

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Untuk Rohingya

3 Agustus 2012   14:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:17 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lihat dan dengarlah di sana
orang-orang bergerak berteriak di ujung putus asa

Debu mengepul oleh sepakan kuda
denting gemerincing pedang beradu
moncong-moncong senapan muntahkan asap mesiu
dentum meriam bercampur desing peluru

Puing-puing reruntuhan penuh arang dan abu
mayat-mayat bergelimpangan hitam membiru
keringat, darah dan air mata mengalir sepanjang waktu

Pembangunan dan penghancuran
perbaikan dan perusakan
pengobatan dan penyiksaan
penyelamatan dan pembunuhan
kehidupan dan kematian

Atas nama cinta, rakyat, kebenaran dan Tuhan
seperti dua sisi pada sekeping uang logam
berdekatan, bersandingan, berdampingan, beriringan, bersebelahan
namun tak pernah bertemu pada satu halaman perdamaian

Perang antar manusia, lagu abadi memilukan
di medan terbuka, pemukiman warga, terminal, bandara, dan jalan- jalan raya
di ruang- ruang sidang, rapat kerja dan mimbar agama
di perkantoran, gedung dewan dan istana raja

Kata-kata mewakili dahsyatnya senjata
diplomasi, orasi, presentasi, persuasi dan argumentasi
Tarik-menarik kepentingan, dorong-mendorong kebutuhan, desak-mendesak keinginan
Saling tuding saling todong, saling cekal saling jegal, saling sikut saling sudut
dengan segala cara yang konon terhormat dan bermartabat

Aroma perang tetap saja berkobaran
Atas nama cinta, rakyat, kebenaran dan Tuhan
seperti dua sisi pada sekeping uang logam
berdekatan, bersandingan, berdampingan, beriringan, bersebelahan
namun tak pernah bertemu pada satu halaman perdamaian.

Bumi terheran, langit bertanya, pertanyaan abadi
“Apa yang kau cari wahai penghuni bumi?“

RJ-03/08

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun