Mohon tunggu...
Robby Fibrianto Sirait
Robby Fibrianto Sirait Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan & Penggiat Gelanggang Sejarawan Muda Indonesia. Instagram: @robbybecksss FB: https://www.facebook.com/robbybecksss

Selanjutnya

Tutup

Politik

Komunis Itu Ateis?

15 Februari 2017   14:22 Diperbarui: 15 Februari 2017   16:08 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Marx"][/caption]“Agama itu Candu” Itulah pernyataan si bapak komunis, Karl Marx. Pernyataan itu akhirnya berefek samping ke seluruh penganut paham komunisme. Mereka semua dilabeli tidak ber-Tuhan oleh sebagian besar masyarakat bumi. Terlebih lagi di Indonesia, kaum komunis tidak saja dilabeli tak ber-Tuhan, bahkan mereka dianggap anti terhadap orang-orang yang ber-Tuhan.

Hal tersebut merupakan sesuatu kelaziman. Sebab masyarakat Indonesia melihat ajaran Komunis secara parsial dan tidak menyeluruh. Kenapa begitu? Masyarakat dipengaruhi oleh propaganda streotif para kaum anti komunis, termasuk rezim “orde baru”. Salah satu contoh propaganda orde baru ialah, film berjudul “Pemberontakan G30S/PKI” yang selalu ditayangkan setiap malam 30 September di seluruh siaran televisi nasional. Dalam film tersebut, pada adegan awal terdapat peristiwa pembunuhan terhadap orang-orang Islam  yang sedang sholat di dalam masjid yang dilakukan oleh para komunis. Film  itu memberikan pengertian kepada penonton bahwa komunis adalah orang-orang yang berbahaya dan anti terhadap orang yang beragama. Sementara, dalam sejarah Indonesia telah dituliskan bahwa sebagian tokoh-tokoh besar komunis adalah orang-orang yang taat dalam beragama seperti Haji Misbach (agama Muslim) dan Amir Sjarifudin (agama Kristen). 

Kita akan singgung kembali pernyataan Karl Marx yang mengatakan “agama itu candu”. Sebelumnya, kita perlu mengetahui latar belakang sosial di masa kehidupan Karl Marx. Pada saat itu, revolusi industri sedang berkembang sangat pesat di Eropa bagian barat, tempat kelahiran Marx. Dampak yang ditimbulkan adalah tercipta kelas-kelas baru, borjuis (pemilik alat produksi) dan proletar (tidak memiliki alat produksi). Pada saat itu sisa-sisa the dark ages (zaman kegelapan) masih melekat dalam diri sebagian besar kaum proletar Eropa Barat. Kelas proletar  yang mengalami kemelaratan tak mampu menyelesaikan masalah yang terjadi sebab mereka hanya mengadu kepada agama tanpa usaha yang nyata. Dan sialnya, agama malah menjawab bahwa itu adalah takdir yang sudah direncanakan Tuhan. Karl Marx selaku pribadi yang progresif melihat keadaan itu sebagai suatu hal yang begitu buruk. Proletar menjadikan agama sebagai obat yang seolah-olah bisa menyelesaikan masalah yang menghinggapi mereka. Berangkat dari keadaan itu lah Marx mengeluarkan pernyataan “agama itu candu”. 

Namun, walau mengatakan seperti itu, Marx tetap menegaskan bahwa hal itu bukanlah akar dari permasalahan yang terjadi. Akar masalahnya ialah sistem ekonomi politik yang berlaku, yaitu Kapitalisme. Maka yang harus diselesaikan bukanlah persoalan agama, tetapi sistem ekonomi kapitalisme itu sendiri. Sebab sistem ekonomi lah yang mengkondisikan berbagai hal seperti ide, filsafat, organisasi, dan termasuk agama.

Disamping itu, Karl Marx tidak pernah menyarankan masyarakat menjadi tidak ber-Tuhan. Hal yang dianjurkan Marx ialah proletar harus bersatu, menghancurkan sistem ekonomi kapitalisme dan membangun sosialisme yang berdasarkan kebersamaan. Oleh karena itu, pandangan yang mengatakan komunis sama dengan ateis (tidak percaya kepada Tuhan), merupakan pandangan yang salah kaprah dan gagal memahaminya, sebab pandangan tersebut terlampau sempit dan konyol. 

 

Penulis adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun