Mohon tunggu...
Roby Arsyi
Roby Arsyi Mohon Tunggu... Freelancer - Learn and Focus

If i have seen further than others it is by standing upon the shoulders of giants -issac newton-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik dan Media, Politik Pragmatis dan Pertarungan Ruang Kuasa

6 Oktober 2020   17:44 Diperbarui: 6 Oktober 2020   17:54 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini corak perpolitik Indonesia seolah bentangan benang kusut di tanah khatulistiwa yang tak berarah, dan tak menentu, melalui kacamata analisis kegiatan setup media negara ini seperti terjerembab dalam permainan teater politik yang selalu menjadi topeng demokrasi, seakan semakin menjauh dari ke aktualan nilai-nilai politik dalam mensejahtrakan rakyat. 

Pada hakikat nya drama politik adalah drama perebutan dan memertahankan kekuasaan (power), kebsahan (legitimasi), dan kewenangan (authority) (Sulaiman, 2010). 

Hal-hal tersebut dapat dengan mudah di dapatkan dengan kekuatan media pada zaman sekrang, itulah mengapa para aktor politik mencari citra nya masing-masing dan saling berubut ruang, lalu mencipta ruang berbasis media nya masing-masing.

Ruang-ruang media tidak lagi memproduksi informasi-infomrasi yang membangun nan objektif tetapi lebih penggirangan isu semata demi mengangkat elektabilitas para actor politik, dan beberapa pegiat media tak lagi berada ditengah-tengah masyarakat sebagaimana mestinya, tetapi beberapa oknum media sudah menjelma menjadi politisi-politisi dibelakang layar yang siap bergeliya dalam perpolitikan diruang media. 

Bagi pharr penipu merupakan partisipan aktif dalam proses politik, yang kemudian dalam media label penipu menunjukan suatu hal yang positif, yaitu mncerminkan prilaku media yang penuh dengan kebaikan (pharr & Krauss, 1966).

Kajian media dalam politik di negara berkembang cenderung dikaitkan dengan dominasi dan hegemoni kekuasaan, dimana object media digunakan sebagai suatu propaganda kepentingan untuk melestarikan idologi golongan tertentu (hegemoni).

Bagi Gramsci, konsep hegomoni merupakan jalan terbaik dalam gerilya politik nya dan dapat dilakukan melalui dominasi (simon, 2004), dia berpendapat bahwa hegomoni dari kelas dominan dijalankan dalam masyarakat sipil dengan mengajak kelas-kelas yang berada dibawah (subordinate classes) untuk menerima nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang telah diambil oleh kelas yang dominan itu sendiri, dan dengan membangun jaringan kerja sama yang didasarkan atas nilai-nilai tersebut. 

Media merupakan salah satu sarana paling efektif  dalam penuaian gagasan sehingga pada saat nya masyarakat terhegemoni.

Ketika Media Berpolitik

Menyoal tentang pemilu 2019 lalu, keadaan sosial yang tampak di permukaan kala itu sarat dengan intrik politik, berbagai isu dan kepentingan terdahulu hangat diperbincangkan bak kue yang dikukus dalam oven, isu korupsi, sara, ekonomi, masih sangat hangat diperbincangkan menjadi dagelan politik kala itu, jika tak ada isu sosial yang tepat maka isu apapun dapat di pelintir dan digoreng sedemikian rupa dengan kekuatan kuasa media.

Sebutan 'cebong' dan 'kampret' misalnya sebagai julukan pendukung masing-masing kontestan calon presiden pada tahun 2019 lalu menjadi viral dalam dunia maya dan bahkan tendensi gejala sosial ini berdampak dalam permukaan kehidupan sosial, para masyarakat simpatisan yang sudah terhegemoni justru saling sulut emosi dalam realitas sosial, ini menjadi bukti bahwa kala itu media secara tidak sadar telah mengkerdilkan manusia, dan pilpres kala itu seharusnya menjadi ujung tombak pesta demokrasi di negeri ini, tetapi realita nya telah dinodai dengan tendensi politik yang mencederai yang bermuara dalam media yang anarki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun