Tingkat pertumbuhan ekonomi dan kesejahtraan rakyat tergolong masih lemah, karena masih banyak nya masyarakat Indonesia yang belum terpenuhi kebutuhan pokok nya, namun perlu kita ketahui ketika limitasi pembahasan tentang kesejahtraan rakyat, kita harus mengakui tingkat kesejahtran rakyat yang memang masih jauh dari harapan tetapi tetap tumbuh perlahan, menurut koordinator bidang penelitian Darmin Nasution fundamental ekonomi masih sehat dan mampu menahan tekanan eskternal, meski  indikator nilai tukar rupiah keok sejak awal 2018, fundamental ekonomi tercermin dari nilai inflasi dan pertumbuhan tetap tumbuh, kedua indikator tersebut dinilai teteap tumbuh berada di rentang sesuai target pemerintah. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh badan pusat statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil di kisaran 5% dalam 3 tahun terakhir, dan memiliki tren meningkat walaupun tipis, yang sangat menonjol adalah pertumbuhan investasi dan ekspor yang masing-masing tumbuh 6,15 dan 9,09 persen pada tahun 2017, dibandingkan pertumbuhan kedua komponen tersebut pada 2016 yang hanya sebesar 4,47 dan-1,57 persen.
Sementara itu terkait dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga, pemerintah Indonesia telah berhasil menjaga pertumbuhan komponen ini di kisaran 5 persen. Kondisi ini dapat terealisasikan karena pemerintah mampu menjaga angka inflasi dibawahn 4 persen sesuai dengan target APBN serta masih dalam kisaran target bank Indonesia, yaitu 2,5-4,5 persen, terlebih lagi ketika menjelang hari raya idul fitri yang dimana harga cenderung naik, pada tahun 2018 ini pemerintah mampu menekan kenaikan harga-harga bahan pangan sehingga mampu meredam harga inflasi pada masa tersebut, menurut data bdan pusast statistik (BPS) angka kemiskinan cenderung menurun pada tahun 2018 pada kisaran angka 9,82 persen atau 25,9 juta orang. Perekonomian indonesai yang diukur besaran produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II 2018 mencapai Rp 3.683,9 triliun, tumbuh 9,43% dari triulan yang sama dari tahun sebelumnya dari data ini mengindikasikan pertembuhna ekonomi yang terus meningkat perlahan.
Dari sisi ketenaga kerjaan, pertumbuhan ekonomi yang stabil di kisaran 5 persen juga telah mampu menurunkan angka pengangguran ke angka 5,13 persen pada februari 2018. Angka ini masih berada dalam kisaran target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, yaitu sebesar 5-5,2 persen. Memang masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menangani permasalahan ketenaga kerjaan di Indonesia, khususnya terkait perkembangan teknologi digital, yang kemungkinan besar akan mengubah struktur tenaga kerja Indonesia.
Dari penjelasan dan data diatas dapat disimpulkan, memang benar adanya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sesuai target APBN bahkan jauh dari janji politik jokowi di masa kampanye pilpres lalu. Namun, apakah kita hanya berkutat pada dengan kuantitas atau besaran tanpa mempertimbangkan kualitas jika kita membahas isu pertumbuhan ekonomi ? tidaklah bijaka sepertinya jika kita terfokuskan pada besaran kuantitas dari angka-angka indikator ekonomi.Â
Kualitas pertumbuhan ekonomi tentu lebih penting dari besaran kuantitas. Lalu, apa yang dimaksud pertumbuhan ekonomi berkualitas ? ekonomi berkualitas dari kaca mata saya dapat diartikan pertumbuhan ekonomi yang besifat inklusif atau dapat dirasakan seluruh rakyat Indonesia, penduduk miskin terutama ataupun yang kaya.Â
Di Indonesia berdasarkan data diatas menunjukan pertumbuhan ekonomi meningkat walaupun tidak secara signifikan dan cenderung stabil di angka 5 persen. tetapi, secara keselurhan dapat dirasakan di seluruh plosok negeri Indonesia. Terlebih secara pertumbuhan ekonmi berdasarkan provinsi, Papua menunjukan sebagai pertumbuhan ekonomi provinsi tertinggi di angka 28,93 persen.
Kebijakan fiskal ekspansif, krisis keuangan di eropa dan bank sentral takut akan inflasi dengan suku bunga yang mengikat, karena keadaan stagflasi yang dialami, akan mempersulit kemana arah gerakan GDP, moneter yg dibatasi prekonmian akan memiliki ekspansi ringan jika fiskla lebih kuat, ekonomi ringan jika moneter ringan akan membatalkan satu sama lain dan memicu stagnansi kebijkan fiskla ekspansif akan menaikan prekonomian pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H