Djarum Foundation sudah tak diragukan lagi, sangat konsisten dalam menyalurkan kebermanfaatan dan kemaslahatan bagi masyarakat. Salah satunya adalah investasi sumber daya manusia nasional melalui program bakti beasiswa pendidikannya, yakni Djarum Beasiswa Plus.
Ketika penulis menulis artikel blog ini, beswan Djarum sudah berjalan selama 38 tahun lamanya. Dan penulis sendiri, merupakan salah satu awardee beasiswa tersebut, tepatnya Beswan Djarum angkatan 37 asal Universitas Lampung, Indonesia.
Pada artikel ini, fokus topik adalah mengulas point of view dan segenap experience yang dirasakan penulis ketika mendapatkan kesempatan untuk ikut salah satu program pengembangan diri dari beasiswa kuliah paling bergengsi di Nusantara, yakni Writing Competition.
Salah satu program yang disediakan Djarum dan WAJIB diikuti para awardee-nya adalah Leadership Development. Program berupa seminar intensif pengembangan diri, mulai dari pelatihan grit leadership, komunikasi, dan kepenulisan tersebut merupakan salah satu langkah strategis sebagai pembekalan kami, para anggota beswan untuk siap menghadapi dunia post-college yang akan memasuki industri tenaga kerja.
Pelatihan intensif berbasis daring kala itu ditutup dengan dua kegiatan, yakni project presentation yang merupakan skema pembuatan proyek tertentu yang berbasis sejumlah sektor kehidupan, seperti bidang gaya hidup, budaya seni, hingga keamanan untuk topik besarnya: Gagasan Ibukota Nusantara, dan pengenalan terhadap Writing Competition untuk angkatan kami, angkatan 37 tahun 2021/2022.
Di sesi pengenalan mengenai writing competition tersebut, salah seorang awardee yang merupakan kakak tingkat kami satu tahun (angkatan 36) yang merupakan juara tahun lalu memperkenalkan apa itu, keuntungan, dan sistem kompetisi, hingga manfaaat apa saja yang akan kami terima apabila bisa sampai ke jenjang final.
Kami pun tergerak untuk berpartisipasi, bagaimana enggak, juara regional-nya saja sudah dipastikan akan membawa pulang uas kas bersih sebesar 5 juta rupiah, apalagi akan ada desas desus kegiatan ini final-nya dilaksanakan offline, pertama kali setelah 3 tahun melewati masa pandemi Covid-19.
Setelah agenda tersebut selesai, maka terbukalah informasi bahwa pendaftaran writing competition dibuka. Sekitar 2 bulan kami diberikan kesempatan untuk membuat esai ilmiah sekitar 10 halaman dengan ketentuan tema berupa: Masa Depan Ke-Indonesiaan. Secara detail, tema tersebut memberikan kesempatan luas dari berbagai bidang untuk memberikan gagasan dan ide kreatifnya untuk masa depan Indonesia.
Esai tersebut diperbolehkan untuk berkonsultasi kepada dosen kampus kita, asalkan belum pernah dijuarai di lomba/kompetisi manapun sebelumnya.
Masa sekitar 2 bulan pun usai, dan kami seluruh beswan pun mengumpulkannya melalui laman web anggota khusus yang diberikan kepada kami. Kami tinggal menunggu siapa yang beruntung untuk memasuki ke tahap final regional, katanya akan diselenggarakan di Jakarta. Kisah pun berlanjut ke part 2....
Pada part selanjutnya, penulis akan membahas pengalaman pribadi yang dirasakan ketika berhasil lolos ke final regional, mulai dari pemberangkatan, apa yang dilakukan disana, bersama siapa saja, hingga trik dan tips apa yang bisa penulis berikan untuk mencapai tahap tersebut.
